KENDALA SUPERVISOR DAN SIKAP GURU TERHADAP SUPERVISI PEMBELAJARAN - Dasriminocarm

Dasriminocarm

BLOG INI BERISI TULISAN YANG BERKAITAN DENGAN TEMA PENDIDIKAN. TULISAN DISAJIKAN DALAM BENTUK ARTIKEL, MAKALAH, REVIEW, RESUME DAN SEJENISNYA

Breaking

SELAMAT DATANG DI DASRIMINOCARM CHANEL

Selamat Datang Di Dasriminocarm Chanel

5 Postingan Paling Populer Dibaca

Ketik kata kunci di sini

Wednesday, November 24, 2021

KENDALA SUPERVISOR DAN SIKAP GURU TERHADAP SUPERVISI PEMBELAJARAN

 



 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A. Latar Belakang

            Supervisi pembelajaran merupakan salah satu elemen krusial dalam bidang pendidikan yang mendorong perbaikan demi perbaikan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama dalam lembaga pendidikan tertentu. Jamal Ma’mur Asmani (2012:5) menggariskan bahwa objek utama supervisi pembelajaran adalah para guru yang mempunyai peran vital dalam membentuk karakhter anak. Selain para guru, objek supervisi yang lain adalah semua elemen yang terlibat dalam pendidikan seperti sektor manajemen, tata usaha, pembiayaan, hubungan masyarakat, sarana prasarana, kurikulum, kesiswaan dan hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan pendidikan di sebuah lembaga pendidikan. 

 

            Perkembangan dan peningkatan mutu suatu lembaga pendidikan terkait dengan stake holder. Salah satu stake holder dalam pendidikan yang mempunyai peranan penting adalah supervisor. Supervisor adalah orang yang bertugas memberikan bantuan kepada guru (bawahan) agar ia mengalami pertumbuhan secara maksimal dan integral baik profesi maupun pribadinya. Banyak lembaga pendidikan yang mempunyai output yang kurang bermutu. Hal ini disebabkan karena tenaga pendidik yang belum profesional dalam menjalankan tugas utamanya. Dalam rangka untuk mencapai profesionalisme guru dalam menjalankan tugas utamanya secara baik maka perlu mengoptimalkan supervisi/pengawasan. Karena supervisi sangat berpengaruh besar dalam mencapai mutu suatu lembaga pendidikan. Semua hal yang berkaitan langsung dengan pendidikan melekat pada tugas pokok kepala sekolah sebagai supervisor.

Keberhasilan pendidikan khususnya di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor dalam mengelolah tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Sebagaimana yang digariskan Mulyasa, Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa, 2004: 25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas Kepala sekolah yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai integritas kepribadian sebagai pemimpin atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah menyatakan bahwa kepala sekolah harus memiliki kompetensi manajerial yang diharapkan mampu memimpin sekolahnya dalam rangka mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal (Depdiknas, 2008: 8).

Supervisi kepala sekolah sangat berpengaruh menghasilkan pelayanan pendidikan dan pembelajaran pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan akan mampu mempengaruhi kinerja guru serta mampu mengembangkan potensi yang ada pada staf atau guru di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran secara efektif. Dalam menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode, dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka.

Dalam melaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran, kepala sekolah sebagai supervisor tentu mengalami kendala atau hambatan-hambatan baik berasal dari dalam dirinya sendiri (internal) maupun berasal dari luar dirinya yakni para guru dan pegawai atau subjek-subjek yang berkaitan dengan kompleksitas pembelajaran itu sendiri (eksternal). Sering kali terjadi bahwa ketidakmampuan seorang kepala sekolah untuk mengkoordinasikan seluruh gerak langkah roda pendidikan di sekolah secara baik, akan menimbulkan penurunan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Kerjasama antara kepala sekolah dan para guru akan menghasilkan output yang berbobot yang siap masuk dalam pertarungan kemampuan pada lembaga yang lebih tinggi. Para guru sebagai ujung tombak pembelajaran di kelas hendaknya juga berani menerima perbaikan dan kritikan yang membangun pada saat disupervisi oleh kepala sekolah. Dengan demikian akan membangun sebuah iklim kerja sama yang baik yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan.

 

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksudkan dengan Supervisi Pembelajaran?

2. Kendala apa saja yang dihadapi Supervisor dalam melaksanakan supervisi pembelajaran?

3. Bagaimana Sikap Guru terhadap supervisi pembelajaran?

4. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala dalam melaksanakan Supervisi pembelajaran?

 

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep dasar Supervisi Pembelajaran.

2. Menemukan kendala-kendala dalam melaksanakan Supervisi oleh supervisor. 

3. Mengetahui sikap guru dalam menanggapi Supervisi Pembelajaran.

4. Menemukan dan menawarkan solusi-solusi yang mungkin dapat mengatasi   kendala-kendala supervisi. 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

A. Pengertian Supervisi Pembelajaran

Secara etimologi supervisi berasal dari kata bahasa Inggris Supervision yang terdiri dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan.

Konsep Supervisi Pembelajaran secara umum merupakan bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga guru dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisein dan menyenangkan. Kegiatan supervisi pembelajaran harus membantu guru agar mampu melakukan proses pembelajaran yang berkualitas agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Supervisi pembelajaran merupakan “...the process of bringing about improvement in instruction by working with people who are helping the pupils. It is a process of stimulating growth and a means of helping teachers to help themselves....” Artinya, bahwa supervisi pembelajaran merupakan proses mengupayakan peningkatan proses pembelajaran melalui kerjasama dengan orang yang membimbing peserta didik, proses melakukan stimulasi perkembangan,dan sebagai media bagi guru untuk memperbaiki diri.

Pelaksanaan supervisi atau pengawasan di setiap organisasi memiliki peran yang cukup penting. Manullang (2005: 173) mendefinisikan pengawasan sebagai “Suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”. Supervisi dilakukan di setiap lini organisasi, termasuk organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah. Wiles memberikan batasan pengertian supervisi sebagai “Supervision is service activity that exits to help teacher do they job better” (Wiles, 1955:3 dalam Ali Imron, 2012:8).

Kepala sekolah merupakan atasan di dalam lingkungan sekolah. Dimana seorang kepala sekolah memiliki peran strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik. E. Mulyasa (2004: 111), menegaskan bahwa “Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor”. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai dalam proses pembelajaran, maka untuk memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pembelajaran menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar.

Sergiovanni dalam Made Pidarta (1999: 2) mengemukakan pernyataan bahwa supervisi lebih bersifat proses daripada peranan. Supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu. Adam (1959) dalam Ali Imron (2012:8) memberikan batasan supervisi sebagai perencanaan program perbaikan pembelajaran.  Sedangkan Jamal Ma’mur Asmani (2012:82) memberikan definifi supervisi sebagai serangkaian kegiatan guna membantu guru dalam mengembangkan kemampuan mengelolah proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.

 

B. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Supervisi Pembelajaran

Dalam melaksanakan supervise, kepala sekolah sebagai supervisor pasti menghadapi kendala-kendala. Hal ini sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007), ”Para kepala sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi pendidikan”. Kendala supervisi pendidikan yang sangat umum terjadi di lapangan adalah kurangnya motivasi dari para guru ketika mendapat supervisi. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya anggapan yang telah melekat dalam diri para guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan.

Pada prinsipnya dalam kegiatan Supervisi Pembelajaran, ada dua aspek (subjek) yang perlu dibahas.

1. Kendala dari Kepala Sekolah sebagai Supervisor

a. Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah.

Program kegiatan supervisi pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh kepala sekolah seorang diri. Kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah mengakibatkan seorang kepala sekolah tidak dapat menangani sendiri pelaksanaan supervisi pendidikan, khususnya supervisi yang lebih menekankan pada aspek pembelajaran. Beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan kepala sekolah sering diabaikan karena kompleksitas tugas harus diemban sebagai supervisor.

b.  Sering terjadi pergantian kepala sekolah.

Terjadinya pergantian kepala sekolah mengakibatkan jalannya pelaksanaan supervisi pendidikan menjadi tesendat-sendat dan dinilai kurang rutin/ kontinyu.

c. Pemimpin yang kurang berwibawa (Jamal Ma’mur Asmani, 2012:170)

Kewibawaan seorang pemimpin sangatlah penting karena ini akan menentukan sekaligus menggerakan perubahan yang diinginkan bersama. Banyak anggapan bahwa kewibawaan mampu menggerakkan orang lain secara alami dengan kekuatan spiritualitasnya. Kewibawaan bisa muncul dengan kejujuran, konsistensi, dalam menerapkan aturan tidak pandang bulu, dan selalu mempertanggungjawabkan sikap dan perbuatan yang dilakukan.

d. Lemahnya kreativitas

Sebagai seorang supervisor mempunyai kreativitas yang tinggi agar mampu menemukan solusi akan segala persoalan yang terjadi di lapangan. Supervisor harus jelih membaca masalah, menganalisis, mengurai faktor penyebab dan mencari solusi atas persoalan yang terjadi secara efektif.

e. Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi.

Unsur subjektifitas dari supervisor yang ditunjuk oleh kepala sekolah dirasa masih tinggi. Keadaan ini terjadi dikarenakan kegiatan supervisi pembelajaran tidak dilakukan sendiri secara langsung oleh kepala sekolah, tapi oleh guru-guru yang dianggap telah senior oleh kepala sekolah. Masing-masing guru tersebut memiliki kepribadian yang berbeda-beda dan prinsip supervisi maupun teknik supervisi yang saling berbeda pula.

f. Sarana dan prasarana yang terbatas.

Setiap proses belajar mengajar selalu berhubungan dengan sarana dan prasarana. Seorang guru pasti merasakan ketidaknyamanan dalam menyampaikan materi pelajaran kalau tidak dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini karena sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor utama lancarnya pelaksanaan supervisi pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru. Laboratorium komputer, bahasa, biologi, fisika, kimia, social dan lain-lain sangat membantu guru dalam mempercepat pemahaman dan melahirkan skil berharga bagi anak didik.

g. Tidak ada perencanaan yang jelas berkaitan dengan supervisi pembelajaran (program).

Kepala sekolah yang tidak mempunyai program supervisi yang jelas akan menimbulkan kendala yang besar baik ketika dimonitoring oleh pengawas maupun demi kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan yang diasuhnya.

h.  Mengedepankan formalitas dan mengabaikan esensi.

Banyak kepala sekolah yang hanya mempertahankan jabatan, tanpa melakukan pemberdayaan dan pengembangan pribadi serta lembaga secara terprogram. Formalitas hanya membutuhkan tertib administrasi sedangkan esensialitas menggantungkan ukuran kesuksesan dari pada tujuan yang ditentukan.

 

2. Kendala dari Guru yang Disupervisi

a. Tidak menguasai materi dan metodologi pembelajaran

    Dunia pendidikan mengalami pembaharuan secara terus menerus dari waktu ke waktu baik materi hasil penemuan mutakhir maupun metodologi yang harus digunakan. Kedua hal ini harus terus dilacak, diikuti, dipelajari dan dikembangkan. Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2012:204) bahwa perkembangan yang dahsyat terjadi dalam metodologi sebab Barat itens melakukan kajian tentang how (bagaimana) dan tidak berkutat pada what (apa). Pertanyaan how akan melahirkan kajian yang mendalam dan kreasi baru tentang cara mengajarkan materi kepada anak didik sehingga efektif. Kebanyakan guru di wilayah kita tidak mengikuti perkembangan itu.

b. Miskin karya

    Kegiatan-kegiatan yang melekat pada kewajiban sebagai seorang guru mesti menjadi bagian dari rutinitas. Misalnya membaca, menulis, berdiskusi, berorganisasi dan bersosialisasi adalah kegiatan positip konstruktif yang akan melahirkan perubahan yang cemerlang. Namun dalam kenyataannya banyak guru kita yang miskin kemampuan dalam melahirkan karya baik berupa makalah, opini, atau bentuk tulisan lainnya.

c. Tidak memanfaatkan sumber pengetahuan dan informasi

       Pada dasarnya guru hanya berkutak pada tugas pokoknya sebagai pengajar. Dan kebanyakan materi yang diajarkannya hanya melulu pada buku pegangan atau bahan ajar yang selalu digunakannya bertahun-tahun. Keterikatan ini membuatnya merasa mapan untuk tidak lagi memngembangkan materi demi peningkatan kualitas. Juga kesibukan-kesibukan lain kadang kala menjadikan guru bersangkutan tidak mempunyai waktu untuk memanfaatkan sumber pengetahuan misalnya perpustakaan, internet dan informasi-informasi lain yang tersedia.

d. Kurangnya kemampuan beradaptasi

       Perubahan yang terjadi dalam setiap lini kehidupan adalah sebuah hukum alam. Segala sesuatu tidak ada yang abadi. Yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri. Kalau kita sungguh terbuka pada dunia luar maka sebenarnya setiap saat terjadi perubahan. Dan kita pun turut berubah di dalamnya. Dalam menghadapi setiap jenis perubahan para guru hendaknya siap untuk menanggapi perubahan itu. Namun kenyataannya kebanyakan guru kita tidak mampu untuk menanggapi segala perubahan itu.

e. Egoisme guru senior

     Guru senior dengan pengalaman mengajar lebih lama menganggap dirinya dan apa yang diajarkannya itu sudah benar. Dia merasa paling tahu, menyepelehkan generasi muda. Dengan demikian untuk guru senior terkesan anti terhadap pembaharuan, status quo dan konservatif. Apa pun yang dinginkannya atau dibicarakannnya harus diterima dan dilaksanakan. Berhadapan dengan guru demikian supervisor hendaknya melakukan pendekatan persuasif, gradual dan psikologis.

 

C. Sikap Guru dalam Supervisi Pembelajaran

1) Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi

Kondisi ini dapat diartikan bahwa motivasi guru untuk disupervisi dinilai masih kurang, Hal tersebut dikarenakan masih melekatnya anggapan dari para guru bahwa supervisi semata-mata hanyalah kegiatan untuk mencari-cari kesalahan. Meskipun pelaksanaan supervisi pembelajaran dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada guru yang akan mendapat supervisi, masih saja para guru yang akan disupervisi belum mempersiapkan diri secara matang.

2) Kurangnya disiplin guru.

Masalah yang menyangkut faktor disiplin sering dilakukan oleh beberapa tenaga pengajar terutama disiplin waktu. Hal ini menimbulkan kelas menjadi tidak kondusif sehingga siswa tidak tau apa yang harus dilakukan selain bermain di dalam kelas sambil menunggu guru yang memiliki jadwal pada hari itu akan datang atau karena belum ada kejelasan.

3) Masih kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif.

Seorang guru dintuntut agar mampu melaksanakan belajar mengajar yang efektif sehingga suasana kelas menjadi kondusif.

4) Kurangnya gairah keilmuan guru

Hal ini juga menjadi kendala utama pengembangan kulaitas guru. Kepala sekolah mendapat pekerjaan berat karena bentuknya harus mengubah mindset, mental dan kesadaran guru yang sudah terbentuk lama atau mungkin bawaan lahir. Kepala sekolah harus berusaha untuk mencari cara atau trik yang tepat untuk menangani guru dengan sikap mental demikian.

 

D. Solusi yang ditawarkan Untuk Pemecahan Masalah dalam Melaksanakan Supervisi Pembelajaran    

        Oemar Hamalik mengatakan (1992:67) supervisi nampaknya menjadi penentu utama untuk memutuskan kurikulum, menyeleksi pola-pola organisasi sekolah, fasilitas belajar, dan menilai proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat agar apa yang menjadi tujuan utama dari pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dalam penerapan prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah dapat sepenuhnya tercapai.

Kepala sekolah selaku supervisor pembelajaran yang memiliki otoritas tertinggi di sekolah harus mengupayakan beberapa cara dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi, antara lain: 

1. Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah                kepada guru-guru senior 

Pelaksanaan supervisi terutama dilakukan oleh Kepala sekolah. Tetapi kegiatan supervisi pembelajaran tidak dapat dilakukan seorang diri oleh kepala sekolah tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, kepala sekolah yang notabene pimpinan sekolah yang memiliki otoritas tertinggi memiliki keleluasaan untuk melakukan pendelegasi wewenang. Kegiatan supervisi pada aspek pembelajaran dapat dilimpahkan kepada guru yang dianggap senior berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria guru senior yang dipilih adalah dilihat dari masa kerja, prestasi kerja, kompetensi, dan kualifikasinya, misal guru yang bergelar S2. Kegiatan supervisi oleh guru supervisor terhadap rekannya sering disebut dengan pembimbingan teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar.

 

2. Memotivasi para guru akan pentingnya supervisi pendidikan.

Kurangnya persiapan dari guru dalam pelaksanaan supervisi, lebih diakibatkan karena kuranganya motivasi dari dalam guru sendiri akan pentingnya supervisi pendidikan. Motivasi yang minim itu juga disebabkan kerena anggapan yang telah melekat dalam diri guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan. Pemberian motivasi dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya dengan menyelipkan pengarahan atau motivasi pada saat rapat guru, lokakarya, atau bahkan secara langsung dengan individunya.  

Selain itu, pembinaan secara psikologis juga dilakukan kepada diri masing-masing guru yang ditunjuk sebagai supervisor bahwa dirinya memang memiliki capability yang lebih dibanding dengan guru lain, seperti kelebihan dalam hal prestasi kerja, kedisiplinan, ulet, penuh inisiatif, dan lain sebagainya, sehingga diharapkan dengan cara itulah akan muncul kepercayaan diri dari guru supervisor.

 

3. Membentuk tim penilai supervisi

Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah adalah keterbatasan waktu dan tenaga dari kepala sekolah apabila kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi pendidikan seorang diri. Oleh karena itu, kepala sekolah menunjuk guru-guru yang dianggap telah senior untuk membantunya melakukan supervisi pendidikan. Namun dalam prakteknya masih terdapat beberapa guru senior kurang paham akan prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Oleh karena itu, Kepala sekolah berusaha untuk membentuk tim penilai supervisi yang beranggotakan beberapa guru senior yang dianggap mampu daan memenuhi criteria-kriteria sebagai supervisor. 

 

4. Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah

Pergantian kepala sekolah menjadi kendala yang cukup fatal bagi pengelolaan dan kemajuan sekolah. Hal tersebut berdampak pula pada rutinitas kegiatan supervisi pendidikan. Upaya dari kepala sekolah untuk menyikapi keadaan tersebut adalah dengan melakukan koordinasi secara intensif kepada seluruh elemen sekolah, termasuk koordinasi yang baik antara guru supervisor dengan guru yang akan mendapat supervisi. 

 

5. Mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai

Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang penting di semua tempat kegiatan belajar mengajar, karena itu, dalam rangka mensukseskan program pengajaran yang efektif tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang memadai. Seorang guru akan lebih semangat dengan situasi dan kondisi fasilitas sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Sarana dan prasarana adalah suatu perlengkapan/ peralatan yang harus dimiliki oleh setiap sekolah pada umumnya. sedangkan prasarana mengikuti sarana.

 

6. Menerapkan disiplin terhadap tata tertib guru

Disiplin merupakan ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Disiplin menjadi harga mutlak yang harus dijalankan oleh setiap elemen dalam sebuah lembaga pendidikan. Seringkali terjadi bahwa faktor yang mempengaruhi dalam penerapan kedisiplinan yaitu faktor kepribadian, dan lingkungan yang kadang kala menjadi penyebab utama kemerosotan sebuah lembaga pendidikan.

Kepala sekolah harus mengingatkan kepada semua tenaga pengajarnya untuk melakukan kedisiplinan, misalnya agar menjalankan aturan-aturan sebagai berikut:

a. Guru harus mengisi daftar hadir yang sudah disediakan

b. Guru harus berpakain rapi sebagaimana layaknya seorang guru

c. Guru harus bersifat jujur, adil, terbuka dan demokratis

d. Guru harus membuat perangkat pembelajarn

e. Guru harus menjaga kode etik guru

f. Guru harus menjaga nama baik sekolah

g. Guru harus taat pada aturan sekolah yang berlaku

h. Apabila kehadiran guru kurang dari 60% maka akan dikenakan sanksi.

i. Mengadakan evaluasi ketenagaan.

 

7. Kewibawaan seorang pemimpin harus tampak dalam gaya kepemimpinan

                    Artinya bahwa seorang pemimpin harus mempunyai kewibawaan di dalam linggkunagn sekolah yang nampak melalui sikap keteladanan, kebijaksanaan, tanggung jawab, tegas dan sikap-sikap positip lainnya yang perlu diperhatikan untuk diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan.

 

8. Kreatifitas tinggi

                    Seorang pemimpin harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi yang mampu menampilkan kewibawaan sekolahnya dengan tampilan-tampilan yang baru. Baik dari segi sarana maupun prasarana serta semua alat pembelajaran yang mampu mendukung kemajuan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian pengolahan kelas yang dilakukan oleh para pendidik dapat membantu mengembangkan potensi dalam diri setiap siswa.

 

  BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan:

1. Supervisi pembelajaran secara umum merupakan bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga guru dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisein dan menyenangkan.

2.  Berdasarkan kajian teoritis yang dilakukan dapat diketahui bahwa kendala supervisi pendidikan yang sangat umum terjadi di lapangan diantaranya adalah

a. Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah.

b. Sering terjadi pergantian kepala sekolah.

c. Pemimpin yang kurang berwibawa.

d. Lemahnya kreativitas.

e. Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi.

f. Sarana dan prasarana yang terbatas.

g. Tidak ada perencanaan yang jelas berkaitan dengan supervisi pembelajaran (program).

h. Mengedepankan formalitas dan mengabaikan esensi.

i. Tidak menguasai materi dan metodologi pembelajaran.

j. Miskin karya.

k. Tidak memanfaatkan sumber pengetahuan dan informasi.

l.  Kurangnya kemampuan beradaptasi.

m. Egoisme guru senior.

3. Sikap Guru dalam Supervisi Pembelajaran

a. Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi.

b. Kurangnya disiplin guru.

c. Masih kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif.

d. Kurangnya gairah keilmuan guru

4. Solusi dari sikap guru terhadap supervisi pembelajaran dilakukan oleh guru melalui tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran misalan pada tahap pendahuluan antara lain.

a. Menciptakan suasana kekeluargaan yang intim antara guru dengan supervisor agar komunikasi selama kegiatan dapat berlangsung secara efektif.

b. Membuat kesepakatan antara guru dengan supervisor tentang aspek proses belajar mengajar yang akan dikembangkan dan ditingkatkan.

c. Kepala sekolah selaku supervisor pembelajaran yang memiliki otoritas tertinggi di sekolah harus mengupayakan beberapa cara dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi,

d. Supervisor harus benar-benar paham mengenai tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, metode, serta teknik supervisi agar memperoleh manfaat yang optimal berupa guru yang professional. Berbagai kendala yang terjadi dalam supervisi, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara guru dan supervisor, sehingga  respon guru terhadap supervisi kurang maksimal.

 e. Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervisi dilakukan dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisi dalam melaksanakan tugasnya.

 

B. Saran

Dari hasil kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu diperhatikan:

  1. Pelaksanaan supervisi sebaiknya profesional dan supervisor menjalin komunikasi yang baik dengan pihak yang disupervisi agar tercipta hubungan kerjasama yang saling menunjang satu sama lain.
  2. Supervisor sebaiknya tidak hanya mencari kesalahan-kesalahan guru, melainkan dapat membina dan membantu mengatasi masalah guru agar paradigma guru yang menganggap supervisi sebagai suatu hal yang ditakuti oleh para guru dapat diubah.

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif     Dan Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

-------- . 2012 Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah.            

     Jogyakarta: DIVA Press.

Burton, WH dan Lee J, Bruckner (1955). Supervision New York

    Appleton Century-Craff, Inc

Depdiknas. 2008 (b). PERMENDIKNAS NO. 13 TAHUN 2007,        

Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

Imron, Ali. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan 

      Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam 

      Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja 

      Rosda Karya.

-------- . (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, 

      Karakteristik dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja                      Rosdakarya Offset.

Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan

      Jakarta: Bumi Aksara.

 Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan 

      Kurikulum. Bandung: CV. Mandar Maju.

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment