1. Latar Belakang
Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut selalu diupayakan melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui pendidikan. Dengan kata lain, sekolah menjadi instrumen untuk memajukan masyarakat. Persiapan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan dilakukan sejak dari masa pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Peran sarana pendidikan sangat penting dalam memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran. Satu sisi harapan yang dibebankan pada dunia pendidikan sangat banyak, tetapi di sisi lain dunia pendidikan mempunyai banyak masalah yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Masalah yang dihadapi oleh sekolah misalnya masalah sarana prasarana pendidikan, kurikulum, keuangan, pendidik dan tenaga kependidikan dan lain sebagainya.
Hal yang sangat penting dilakukan oleh sekolah adalah dengan membuat asesmen kebutuhan. Dengan asesmen kebutuhan dan perencanaan yang baik, sekolah dapat terus mengikuti perkembangan zaman dalam menjalankan peranannya sebagai salah satu instrumen untuk memajukan masyarakat. Kauman menekankan bahwa asesmen kebutuhan hendaknya dilaksanakan ketika terdapat kerisauan mengenai “apa yang ada” dan “apa yang seharusnya ada”.
Dalam kasus SMP X, asesmen kebutuhan sangat penting untuk mengatur dan mengolah sekolah secara baik. Asesmen dilakukan untuk keseluruhan bidang kajian persekolahan agar dapat menghasilkan output yang dapat bersaing di lembaga pendidikan lanjutan. Selain itu juga pembenahan ke dalam berkaitan dengan keuangan, pendidik dan tenaga pendidikan sangat perlu diperhatikan karena kemerosotan jumlah siswa bisa saja dipengaruhi oleh kualitas pendidik dan juga ketersediaan dana yang tidak dapat mensuplai seluruh proses pendidikan itu sendiri. Konteks SMP X sebagaimana tertera dalam kasus, dapat dinilai sebagai sebuah keprihatinan karena begitu banyak masalah yang terjadi yang mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
2. Tujuan
a. Menjelaskan konsep dasar asesmen kebutuhan yang tepat agar dapat mengelolah SMP X secara baik.
b. Menemukan metode asesmen untuk mengelolah SMP X.
c. Mengemukakan teknik yang tepat untuk mengelolah SMP X.
d. Menentukan prioritas kebutuhan SMP X dan cara mengambil keputusan agar dapat bersaing dengan sekolah lain dan juga dapat menghasilkan output yang berkualitas.
3. Dasar
Kaufman dan English (1979) mendefinisikan asesmen kebutuhan sebagai “a formal processs which determines the gaps between current outputs or outcomes and required or desired outputs or outcomes; places these gaps in priority order and selects the most important for resolution” Jadi asesmen kebutuhan adalah suatu pengukuran kesenjangan antara apa yang terjadi dan apa yang diinginkan. Dengan kata lain asesmen kebutuhan merupakan penilaian kesenjangan antara das sain dan das sollen atau antara what is dan what sould be.
Tentang kebutuhan, Witkin (1984) mendefinisikan kebutuhan adalah apa yang benar-benar mutlak dipersyaratkan untuk kesehatan dan kebugaran seseorang, seperti oksigen, makanan dan cinta. Kebutuhan merupakan hal yang urgen untuk dipenuhi dan sangat berbeda dengan keinginan. Suatu kebutuhan mutlak dipenuhi apabila dibandingkan dengan keinginan yang boleh tidak selalu terpenuhi. Jadi dapat ditegaskan bahwa suatu kebutuhan adalah kesenjangan atau selisih antara keadaan yang diinginkan, diharapkan atau sesuai dengan norma dengan keadaaan aktual sekarang. Kesenjangan ini yang perlu dianalisis dengan berbagai metode, teknik dan model untuk menentukan urutan prioritas dalam memenuhi kebutuhan (Sonhadji, 2014: 30-31).
Poerwanti (2008:3) mengartikan asesmen sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apa pun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang sesuatu yang berlaku di sebuah lembaga pendidikan. Sedangkan Achmad (2008) menyebutkan bahwa asesmen atau penilaian merupakan penerapan berbagai cara dan penggunaan berbagai alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi peserta didik serta berbagai hal yang berkaitan dengan persekolahan itu sendiri. Jadi asesmen kebutuhan merupakan sebuah analisis untuk mengkaji segala sesuatu yang dibutuhkan demi kelancaran suatu kegiatan tertentu berdasarkan skala prioritas tertentu.
Asesmen kebutuhan harus diikuti dengan perencanaan untuk perbaikan atau setidaknya untuk mempersempit kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang diharapkan. (Sonhadji, 2015). De Roche (1985) memaparkan siklus proses perencanaan pada sekolah, dapat dilihat pada gambar berikut:
Langkah telaah atau audit merupakan bagian penting dari asesmen untuk mengetahui kebutuhan. Sementara itu, perumusan kembali tujuan umum sekolah untuk mengkaji ulang tujuan sekolah. Penyusunan rencana pengembangan sekolah adalah langkah selanjutnya yang diikuti dengan proses anggaran. Pada akhirnya monitoring, evaluasi dan pelaporan adalah langkah yang tidak boleh dilupakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program.
4. Metode
Dari kasus SMP X, saya melihat bahwa metode asesmen kebutuhan yang cocok dan sesuai dengan konteks permasalahan sebagaimana yang ditawarkan Witkin (1984), adalah metode survei dan metode analisis sebab. Hal ini karena:
a. Metode Survei. Metode ini digunakan untuk membuat survei terhadap berbagai faktor yang dapat menyebabkan kemajuan atau kemunduran sebauh lembaga pendidikan secara khusus SMP X. Tinjauan survei dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Dari data survei tersebut dapat dibuat analisis faktor apa saja yang dapat menyebabkan kemunduran lembaga SMP X.
b. Metode analisis sebab. Setelah membuat survei terhadap lembaga baik secara internal maupun eksternal, diharapkan dapat menemukan penyebab utama dari kemunduran itu. Beberapa penyebab itu dianalisis. Setelah dianalisis berusaha untuk mencari dan menemukan solusi sebagai tindak lanjut untuk meyelesaikan persoalan atau memacu kembali daya juang lembaga untuk mencapai kesuksesan yang maksimal
5. Teknik
Berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh SMP X, maka teknik yang cocok adalah survei, wawancara dan kuisioner. Kalau asesor ingin menggali permasalahan dan dapat menemukan solusi maka ketiga teknik ini dapat dipadukan atau kolaborasi. Survei terhadap segala situasi yang terjadi di lapanagn, mencoba untuk melakukan wawancara dengan guru, siswa dan masyarakat atau dengan cara menyebarkan kuisioner kepada para guru dan para siswa.
Untuk siswa SMP X, kegiatan asesmen sebagian besar dilakukan dengan cara:
b. Melakukan kegiatan lisan, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan anak.
c. Melakukan kegiatan tertulis, baik dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung maupun menulis.
d. Memberikan tes, baik sifatnya informal (disusun oleh guru) maupun yang formal
Beberapa bentuk asesmen yang biasa digunakan di SMP X adalah sebagai berikut.
Yang dilakukan oleh siswa:
1. kegiatan menulis (menguraikan secara mendalam, melengkapi kalimat, pilihan berganda - menggunakan huruf dan angka),
2. kegiatan menggambar (benda, diagram, peta),
3. kegiatan lisan dan aural (menggunakan indera pendengaran),
4. kegiatan fisik/perilaku/unjuk kerja (menunjukkan pemahaman dengan melakukan sesuatu),
5. kegiatan evaluasi diri (profil).
Yang dilakukan oleh guru:
1. Asesmen informal sebagai bagian dari rutinitas di kelas (menulis uraian, mendengarkan, bercakap-cakap, melakukan diskusi)
2. asesmen formal melalui tes, kuis, kegiatan terstruktur, tes yang dipublikasikan, inventori, skala rating (rating scale) dan checklist,
3. observasi atau pengamatan.
Dari berbagai penjelasan mengenai asesmen pembelajaran, sangat jelas bahwa asesmen tidak bisa dianggap sebagai kegiatan yang berdiri sendiri dan terpisah. Asesmen merupakan unsur penting dari proses belajar mengajar dan memberikan kontribusi terhadap efektivitas pembelajaran. Asesmen merupakan sebuah proses yang terus dilakukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman pendidikan secara keseluruhan bagi anak.
6. Penentuan Prioritas Kebutuhan
Dalam konteks ini dapat menggunakan dua hal sebagai sarana penentuan skala kebutuhan, antara lain:
a. Penentuan Prioritas kebutuhan dengan data Survei kumpulan data tunggal.
Dalam hal ini Wiktin menjelaskan bahwa ketika menggunakan metode ini ada tiga macam teknik yang bisa digunakan yaitu skala kategori, skala estimasi ukuran dan prosedur pembobotan pasangan.
Ketika menggunakan skala kategori, yang menjadi standart adalah menentukan peringkat dari butir-butir dari survei dan analisis yang mencakup rata-rata dan median (mode). Dalam konteks ini berarti dapat dipilih beberapa alternatif yang paling penting dan urgen untuk dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Alternatif tersebut diurutkan berdasarkan prioritas kebutuhan, mana yang perlu didahulukan.
Skala estimasi ukuran adalah metode yang paling tepat untuk mengukur pentingnya tujuan dan membuat perbandingan pilihan antar kelompok. Prosedur tersebut memunculkan dan menampilkan rentangan, keragaman dan kekuatan pasangan kelompok responden serta sudut pandang dari masing-masing kelompok. Yang lebih banyak digunakan adalah skala rasio atau perbandingan. Hampir banyak pertanyaan tentang kebutuhan yang melibatkan opini dan nilai yang subjektif.
Prosedur pembobotan pasangan merupakan metode asesmen dengan melakukan pilihan terbatas dari sejumlah pendapat tetntang pentingnya atau standar suatu tujuan di mana setiap tujuan atau butir dinilai berdasarkan yang lebih atau kurang penting dibandingkan dengan yang lain.
b. Penentuan Prioritas Kebutuhan dengan Data Survei kumpulan data Ganda.
Ketika menggunakan cara ini maka tiap butir dinilai kesenjangannya antara apa yang diharapkan dengan keadaan yang ada. Setelah penilaian dilakukan dan analisis telah dibuat maka semua butir diurutkan berdasarkan skala prioritasnya. Ketika mencoba untuk menggunakan penentuan prioritas kebutuhan dengan data survei kumpulan data ganda maka teknik yang digunakan adalah skor urutan perbedaan, indeks kebutuhan prioritas, formula tiga faktor dan analisis matriks. Analisis matriks dapat dilihat sebagai berikut:
Skor urutan perbedaan di mana setiap butir dinilai berdasarkan dua kategori yakni bagaimana yang ideal dan bagaimana adanya. Skor perbedaan antara dua aspek untuk setiap butir dihitung, kemudian perbedaan skor tersebut diatur dalam urutan peringkat yang menunjukkan skala prioritas.
Indeks kebutuhan prioritas dihasilkan dari penilaian oleh responden terhadap arti penting sejumlah tujuan atau program dan derajat ketercapaian. Artinya bahwa hal yang paling penting menurut responden itulah yang diambil.
Formula tiga faktor yang digunakan untuk menghitung prioritas kebutuhan adalah sebagai berikut:
PRN = I x R
A
PRN = Priority Rangking of Needs
I = Arti Penting
R = tanggung jawab
A = Tingkat pencapaian
a. Teknik pengambilan keputusan (Delphi)
Dalam mengambil keputusan kebanyakan orang menggunakan teknik-teknik tertentu. Dalam actor permasalahan yang terjadi di SMP X, teknik yang tepat adalah dengan teknik Delphi. Tekniki Delphi adalah suatu metode untuk solit, mengumpulkan, evaluasi, serta tabulasi sistematik yang bebas dan opini yang bebas tanpa kelompok diskusi (Tersine and Riggs). Tujuan pusat adalah untuk membatasi konfrontasi yang langsung dari suatu keahlian dan memungkinkan mereka untuk mencapai konsensus berdasar pada peningkatan informasi yang relevan. Partisipan dalam proses Delphi secara fisikal dibubarkan dan tidak bertemu secara muka dengan muka. Tahapan yang sering dilakukan dalam teknik Delphi adalah berupa seperangkat questionaire antara lain:
- Bertanya pada setiap responden untuk melengkapi beberapa input awal pada topik di bawah investigasi.
- Hal-hal yang berkembang dari respons pertama dan mempertanyakan pembenaran individu dalam rating prioritas untuk setiap hal.
- Melengkapi responden dengan beberapa fakta atau masukan dari respons kedua untuk setiap hal biasanya dalam bentuk mode atau media.
- Melengkapi
setiap partisipan dengan data konsensus baru serta suatu rangkuman opini
minoritas dan membutuhkan revisi terhadap respon.
b. Proses pengambilan keputusan
Dalam mengambil keputusan tahap-tahap ini mesti dilewati sebagai suatu proses antara lain:
- Rumuskan persoalan keputusan
Persoalan (problem) adalah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan/ diharapkan. Kita harus berusaha mencari pemecahan yang baik bagi suatu persoalan yang tepat (benar) sebab pemecahan yang terbaik bagi persoalan yang salah tak ada gunanya. Maka dari itu, SMP X dalam membuat keputusan untuk memecahkan persoalan harus bisa menemukan persoalan apa yang perlu dipecahkan/ diselesaikan.
- Kumpulkan informasi yang relevan
Memecahkan persoalan berarti suatu keputusan atau tindakan untuk menghilangkan actor-faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan tersebut. Perlu dikumpulkan data atau informasi yang relevan artinya actor-faktor yang mungkin terjadi penyebab timbulnya persoalan tersebut.
- Cari alternatif tindakan
Memutuskan berati memilih salah satu dari beberapa alternatif tindakan yang tersedia berdasarkan kriteria tertentu. Singkatnya, buatlah alternatif tindakan yang fisibel sebanyak mungkin.
- Analisis alternatif yang fisibel
Setiap alternatif harus dianalisis, harus dievaluasi baik berdasarkan suatu kriteria tertentu atau prioritas. Hasil analisis memudahkan pengambil keputusan di dalam memilih alternatif yang baik.
- Memilih alternatif terbaik
Di dalam pengambilan keputusan, pengambil keputusan harus memilih salah satu alternatif di antara banyak alternatif. Pemilihan dapat dilakukan berdasarkan pada kriteria tertentu, kompromi, atau tekanan. Memang harus diakui ada hasil keputusan yang memuaskan semua pihak tetapi ada juga yang merugikan pihak lain.
- Laksanakan keputusan dan
evaluasi hasilnya
Pengambilan keputusan berarti mengambil tindakan tertentu (taking certain action). Pelaksanaan suatu rencana tindakan, merupakan tahap akhir dari proses pengambilan keputusan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan yang telah diambil. Evaluasi sangat berguna untuk memperbaiki suatu keputusan untuk mengubah tujuan semula karena terjadi perubahan.
c. Hasil Pengambilan Keputusan
7. Kesimpulan
Tujuan utama pendidikan adalah menciptakan actor manusia yang cerdas dan terampil serta mempunyai kemampuan daya cipta dan daya saing. Dalam actor kasus SMP X kelihatan bahwa adanya kemerosotan di lembaga tersebut diakibatkan oleh kepercayaan masyarakat semakin menurun, kemampuan actoral yang tidak memadai dan juga kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan yang belum berkompeten sesuai dengan standar pendidikan. Oleh karena itu, animo masyarakat untuk mengirimkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan di sekolah tersebut semakin hari semakin rendah dan juga tingkat persaingan yang lemah bila dibandingkan dengan sekolah lain.
Sebagai seorang pemimpin harus berani membuat asesmen kebutuhan untuk melihat dan mengkaji actor-faktor yang mempengaruhi kemunduran itu sendiri. Ketika hal ini dapat dikaji dengan baik maka ada sebuah keyakinan bahwa akan terjadi perubahan menuju arah yang lebih baik. SMP X akan bergerak From Zero to Hero apabila pengkajian asesmen kebutuhan dilakukan dengan baik dan teliti.
No comments:
Post a Comment