Siswa sekolah Mangunan sedang belajar (Sumber: Suara.com) |
Tulisan ini merupakan sharing pengalaman hasil penelitian yang
dilakukan penulis di Sekolah Dasar Kanisius Eksperimen (SDKE) Yogyakarta, pada
beberapa waktu lalu.
Selayang Pandang
Tentang SDKE Mangunan
SDKE Mangunan merupakan lembaga pendidikan jenjang Sekolah Dasar, yang dirintis
oleh Rm. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr; seorang imam dari Keuskupan
Agung Semarang, yang lebih dikenal dengan sapaan Romo Mangun. Sekolah Mangunan
dibangun pada tahun 1994 dan terletak di Jl. Solo, Mangunan, Kalitirto Berbah,
Sleman-Yogyakarta.
Sekolah tersebut sempat vakum dari tahun 2019-2001 yaitu setelah
wafatnya Romo Mangun pada tahun 1999. Namun, berkat bantuan dari Keuskupan
Agung Semarang, sekolah ini akhirnya kembali dibuka pada tahun 2002. SDKE ini
dikenal dengan sekolah Mangunan karena letak bangunan sekolah ini berada
ditengah-tengah pemukiman warga desa Mangunan.
Lembaga ini sengaja dibangun di tengah pemukiman warga karena
dikehendaki agar siswa dapat berbaur dengan masyarakat. Secara tidak langsung
hubungan antara siswa dan masyarakat dapat terjalin dengan baik karena sekolah
memiliki manajemen humas yang baik.
Merdeka Belajar Ala Sekolah Mangunan
Jauh sebelum Mas Nadiem mencanangkan kurikulum Merdeka Belajar
untuk pendidikan Nasional, SDKE sudah lama menerapkan konsep "merdeka
belajar". Lembaga SDKE menamakan kurikulum yang diterapkan di sekolah ini
dengan nama kurikulum PEKIK (Pendidikan yang Eksploratif, Kreatif, Integral dan
Komunikatif).
Sekalipun lembaga pendidikan SDKE Mangunan tidak menamakan
kurikulum pembelajaran di sekolah ini sebagai kurikulum Merdeka Belajar, namun
SDKE Mangunan dapat dikatakan sebagai sekolah yang mengusung kemerdekaan
belajar bagi para siswa. Berikut ini adalah beberapa temuan hasil penelitian
yang dapat menjadi indikator untuk menegaskan pernyataan tersebut.
Pembinaan Disiplin Siswa
Para siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah ini tidak mengenakan seragam
sekolah. Siswa pun diberi kesempatan untuk mengespresikan diri sewajarnya.
Namun pihak sekolah tetap menegakan kedisiplinan di tengah kebebasan. Bagi
siswa yang melakukan pelanggaran terhadap aturan sekolah, tentun akan
mendapatkan konsekuensi atas kesalahan yang telah dilakukan. Namun, jenis konsekuensi yang diberikan oleh guru kepada siswa
yang melakukan pelanggaran, selalu diupayakan untuk menghindari kesan menghukum
siswa, melainkan bersifat mendidik.
Kegiatan Ekstrakurikuler
Jika sekolah umum lainnya menyebut dengan istilah eksrakurikuler, maka SDKE
Mangunan menamakan kegiatan tersebut dengan istilah kelas ekspresi. Dalam
kegiatan kelas ekspresi, hal yang ditekankan adalah pengembangan bakat dan
minat dalam diri anak yang bersifat sosial. Oleh karena itu, sekolah sangat
berupaya untuk menghindari kegitan-kegiatan yang mengandung unsur kompetitif
atau bersaing antar anak. Maka kegiatan-kegiatan yang bersifat
perlombaan, ditiadakan. Kelas ekpresi di sekolah ini berupa seni tari, musik
tradisional, paduan suara, lukis dan jurnalistik.
Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di SDKE Mangunan lebih menggunakan pendekatan berupa pola
pengasuha. Pola pengasuhan anak di SDKE Mangunan menekankan empat prinsip
utama, yakni sebagai berikut:
Solidaritas
Kegiatan pembelajaran didesain lebih banyak mengolah kegiatan dan penugasan
kelompok. Penugasan dalam kelompok membantu siswa untuk berdiskusi dan bekerja
sama demi menunjang nilai solidaritas. Dengan demikian unsur kompetitif untuk
mengejar peringkat secara individu dapat dicegah.
Ajrih Asih
Guru diharapkan dapat secara optimal dengan menggunakan berbagai pendekatan
dalam mendidik anak. Pola asuh memadukan antara ketegasan bersikap dan
kelembutan yang menyapa setiap anak, tegas dalam maksud tetapi lembut dalam
cara.
Sekolah sebagai Firdaus Kecil
Firdaus merupakan simbol dari lingkungan sekolah yang memberikan kenyamanan.
Hal ini dapat terjadi karena rasa saling percaya dan pantulan ketulusan dalam
berelasi. Sekolah diupayakan untuk menjadi tempat yang nyaman bagi komunitas
pembelajar. Pendidikan lingkungan dilakukan dengan mengoptimalkan kondisi
lingkungan sekolah. Kenyamanan termal dan pencahayaan serta suplai oksigen yang
memadai menjadi syarat utama untuk membentuk lingkungan yang asri sebagai
stimulant bagi anak untuk mencintai lingkungannya.
Mandiri
SDKE Mangunan ini pun memiliki prinsip bahwa tidak ada murid yang bodoh. Guru
diharapkan dapat berupaya menggunakan pendekatan yang membantu anak dapat
mandiri. Maka dari itu, elemen arsitektural juga dirancang secara integral
terhadap proses pembelajaran. Ornamen kelas dan lingkungan sekolah juga
berperan sebagai alat pembelajaran.
Semoga konsep pembelajaran ini bisa menjadi inspirasi untuk
dikembangkan di satuan pendidikan.
No comments:
Post a Comment