Karmel International School |
Dunia kita saat ini seakan berada di empat
persimpangan jalan. Empat persimpangan jalan ini yakni Abad 21, Revolusi
Industri 4.0, Society 5.0 dan New Normal. Kita memasuki abda 21 atau era
globalisasi di mana pada saat ini tidak ada lagi sekat pemisah antara daerah
bahkan negara dan benua. Sejak tahun 2011 Revolusi Industri 4.0 muncul di dunia
disusul Society 5.0. Bersamaan dengan itu, muncul pandemi Covid-19, yang
memaksa kita untuk melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah kita
lakukan (New Normal).
Keempat persimpangan ini kemudian mempengaruhi seluruh sektor kehidupan, termasuk di dalamanya adalah sektor pendidikan. Karena itu muncul apa yang dikenal dengan revolusi belajar abad 21. Revolusi belajar ini menekankan keseimbangan pada empat hal penting yakni skil, spiritualitas, sosial dan pengetahuan. Pendidikan di era ini diharapkan mampu menghasilkan pribadi yang memiliki kecakapan hidup atau ketrampilan inovasi, ketrampilan literasi digital dan ketrampilan hidup dan karir.
Revolusi belajar abad 21 menjadi wacana kekinian dan
kemasadepanan di mana ada perubahan literasi (dari reading, writing, &
aritmathic menjadi literation of data, technology, human) mendorong revolusi
informasi dan digitalisasi pada semua sektor kehidupan. Maka pendidikan pada
zaman ini membutuhkan apa yang disebut dengan 4C, yakni Creativity, Critical
Thinking, Communication, dan Collaboration.
Adanya perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh inovasi yang
mengubah sistem dan tatanan hidup yang lebih baru, tentu menjadi tantangan
tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Di satu pihak kita harus bisa
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi digital, namun di lain pihak
aspek humanitis tidak boleh diabaikan. Di satu pihak, aspek kemampuan
pengetahuan harus ditekankan supaya bisa bersaing dengan dunia global, tetapi
di lain pihak aspek kepribadian tidak boleh luput dari pendidikan. Transformasi
pendidikan digital, tidak boleh mengorbankan aspek penting lainnya. Maka
diperlukan model pendidikan yang holistik.
Salah satu tawaran model transformasi pendidikan yang relevan pada
zaman disruptif ini adalah apa yang penulis namakan sebagai pendidikan berbasis CARMEL.
Istilah CARMEL ini digunakan sebagai singkatan dari kata Character, Academic,
Religious, Ministry, Elaborasi, Literacy. Bagi penulis, kelima unsur ini sangat
dibutuhkan dalam dunia pendidikan kita saat ini.
Character
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pertama-tama harus
berdasarkan pada nilai-nilai karakter dasar kemanusiaan. Selanjutnya
nilai-nilai itu dapat dikembangkan secara lebih luas sesuai dengan kebutuhan,
kondisi dan lingkungan pendidikan itu sendiri. Di zaman yang kian berkembang
ini, selain memberikan dampak positif tetapi juga memberikan dampak negatif di
antaranya terjadi degradasi moral. Maka pendidikan karakter sangat dibutuhkan.
Jika anak sudah memiliki karakter yang baik, maka apapun pengaruh buruk dari
luar akan dihadapi dengan bijak.
Academic
Menghadapi perkembangan teknologi yang begitu pesat, sekolah
hendaknya bisa mendidik setiap murid secara berkelanjutan dan berstandar tinggi
untuk mengetahui, memahami, menguasai keterampilan, ilmu pengetahuan tentang
kompleksitas dunia dan nilai-nilainya. Sekolah hendaknya mengembangkan
metodologi pendidikan yang efektif dan mengajarkan cara berpikir dan menimbang
secara kritis. Satuan pendidikan hendaknya membantu para murid untuk
mengembangkan diri dan membimbingnya untuk mendapatkan pengetahuan, menghayati
nilai hidup dan menemukan kebenaran.
Religious
Pendidikan agama di sekolah hendaknya tidak hanya berhenti pada
ajaran-ajaran dokmatis berupa pengetahuan keagamaan. Kini saatnya perlu ada
transformasi pendidikan agama dalam sebuah konsep pendidikan religiositas.
Pendidikan religiositas merupakan proses pendidikan untuk membatinkan dan
menanamkan kesadaran bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan dan
memiliki keterikatan (interconnectedness) dengan Allah, Sang Pencipta. Di
samping itu, pendidikan religiositas juga merupakan proses untuk menimbang
kembali dan membagikan pengalaman pergaulan dan pergulatan iman manusia kepada
Allah. Di samping itu, pendidikan religiositas membuka peluang bagi terjalinnya
sikap saling menghargai dalam keragaman seluruh keyakinan dengan tanpa
menghilangkan prinsip kebenaran agama yang dianut masing-masing murid.
Ministry
Salah satu keresahan pada zaman digital ini adalah manusia sering
sibuk dengan dirinya sendiri dan mengabaikan yang lainnya. Semangat pelayanan
dan pengabdian kepada sesama hendaknya juga ditanamkan dalam diri siswa. Hal
ini bisa dilakuakan dengan cara menciptakan kerja sama, gotong royong, dan
peduli kepada sesama. Dengan demikian, siswa dapat menyadari bahwa pengetahuan
atau prestasi yang mereka peroleh, tidak hanya demi kepentingan pribadi tetapi
juga untuk kepentingan dan kebahagiaan banyak orang.
Elaborasi
Elaborasi dalam pendidikan dipahami sebagai tahapan pembelajaran
yang dilakukan secara tekun dan cermat. Hal prakstis yang dapat dilakukan dalam
kegiatan elaborasi di sekolah misalnya melalui kegiatan membaca dan menuliskan
hasil eksplorasi, mendiskusikan, mendengar pendapat, menganalisis kekuatan atau
kelemahan argumen, mendalami pengetahuan tentang sesuatu, membuat kesepakatan
berdasarkan kegiatan kooperatif dan kolaborasi dan lain-lain.
Literacy
Literasi dapat dipahami sebagai kegiatan membaca, menulis, berhitung, berbicara, bahkan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini ketrampiran berliterasi sangat dibutuhkan. Bahkan saat ini peserta didik diharapkan dapat menguasai literasi digital. Tujuan dari literasi adalah untuk pengembangan budi pekerti yang baik, menciptakan budaya membaca dan menulis, meningkatakan pengetahuan, memahami informasi yang dibaca, dan dapat berpikir kritis. Sekolah hendaknya mendorong para murid untuk menghimpun, mencerna, menimbang dan mengintegrasikan informasi yang diperoleh, dan membiasakan diri untuk mendidik diri sepanjang hayat (long-life education).
No comments:
Post a Comment