DESAIN DAN ANALIS DATA RISET KUALITATIF (REVIEW BUKU) - Dasriminocarm

Dasriminocarm

BLOG INI BERISI TULISAN YANG BERKAITAN DENGAN TEMA PENDIDIKAN. TULISAN DISAJIKAN DALAM BENTUK ARTIKEL, MAKALAH, REVIEW, RESUME DAN SEJENISNYA

Breaking

SELAMAT DATANG DI DASRIMINOCARM CHANEL

Selamat Datang Di Dasriminocarm Chanel

5 Postingan Paling Populer Dibaca

Ketik kata kunci di sini

Tuesday, November 16, 2021

DESAIN DAN ANALIS DATA RISET KUALITATIF (REVIEW BUKU)


Review Buku 

 

Judul                     : Qualitative data analysis: a methods sourcebook

Pengarang            : Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Johnny Saldaña, Third

                                 Edition

Penerbit                 : SAGE Publications

Tahun Terbit         : 2014

Reviewer               : Hendrikus Dasimin

 

BAGIAN I 

DESAIN PENELITIAN KUALITATIF

 

Pertama-tama perlu ditegaskan di awal bahwa tidak ada pola atau format baku tentang sebuah desain penelitian kualitatif. Maka desain penelitian kualitatif seseorang tidak selalu dapat ditiru oleh orang lain. 

Desain yang Ketat dan Desain yang Longgar 

    Ada beberapa peneliti kualitatif mengurangi desain yang sebelumnya telah dirancang secara terstruktur. Mereka menganggap bahwa saat di lapangan, situasi sosial yang ditemukan terlalu kompleks, terlalu relatif, terlalu sulit dipahami, atau terlalu sulit untuk didekati dengan kerangka konseptual atau instrumen standar. Maka mereka lebih memilih pendekatan yang lebih longgar untuk mengumpulkan data. Kerangka konseptual mereka akan cenderung muncul saat berlangsungnya studi di lapangan. Pertanyaan penelitian tidak dibuat sebelum terjun ke lapangan tetapi dilakukan setelahnya yakni setelah melakukan orientasi awal. Desain yang longgar ini sangat cocok untuk mereka yang sudah berpengalaman dalam penelitian untuk bisa mengeksplorasi budaya baru, enomena yang belum dipelajari, atau situasi sosial yang sangat kompleks. Namun sebaliknya  jika Anda baru melakukan studi kualitatif maka desain penelitian yang longgar mungkin hanya akan membuang-buang waktu. 

    Desain yang lebih ketat merupakan cara yang lebih bijaksana bagi peneliti. Perlu disadari bahwa penelitian kualitatif dapat menjadi konfirmatori langsung yaitu, dapat mencoba menguji atau lebih jauh menjelaskan konseptualisasi. Dengan desain yang lebih ketat dapat memberikan kejelasan dan fokus bagi peneliti pemula yang khawatir tentang prosedur dan beratnya suatu penelitian. Banyak penelitian kualitatif terletak di antara dua ekstrem ini. Tapi bagaimana seharusnya desain penelitian kualitatif menjadi terstruktur? Tergantung pada waktu yang tersedia, seberapa banyak yang diketahui tentang fenomena yang diteliti, instrumen yang sudah tersedia, dan analisis yang akan dilakukan. 

    Semakin longgar desain awal, semakin kurang selektif pengumpulan data; semuanya tampak penting di awal jika Anda menunggu konsep atau keteraturan utama muncul dari kasus, dan penantian itu bisa memakan waktu lama. Peneliti, yang tenggelam dalam data, akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Dalam penelitian multi-kasus, misalnya, semakin longgar kerangka awal, semakin setiap peneliti dapat menerima keistimewaan local, tetapi perbandingan lintas kasus akan sulit didapat, dan biaya serta muatan informasi akan sangat besar. 

Membuat Kerangka Konseptual 

    Kerangka kerja konseptual dibuat pada awal penelitian dan berkembang seiring perkembangan penelitian. Kerangka kerja konseptual memaksa Anda untuk menjadi selektif — untuk memutuskan variabel mana yang paling penting, hubungan mana yang paling berarti, dan sebagai konsekuensinya, informasi apa yang harus dikumpulkan dan dianalisis — setidaknya di permulaan. Jika meibatkan banyak peneliti, kerangka kerja membantu mereka untuk mempelajari fenomena yang sama dengan cara yang memungkinkan analisis lintas kasus pada akhir penelitian. 

Berikut ini adalah beberapa hal perlu diperhatikan dalam kaitanya dengan kerangka konseptual: 

1. Kerangka konseptual paling baik dikerjakan secara grafis daripada dalam teks. 

2. Diharapkan untuk membuat beberapa versi, langsung dari awal. 

3. Jika studi Anda memiliki lebih dari satu peneliti, mintalah setiap peneliti melakukan rincian kerangka kerja sejak awal dan kemudian bandingkan beberapa versi lainnya. 

4. Hindari kerangka kerja yang memiliki variabel yang sangat luas sehingga membuat kita tidak fokus. 

5. Teori sebelumnya dan penelitian empiris, merupakan hal yang sangat penting. Dari literatur yang ada, dapat membantu kita untuk mengatur kerangka orientasi kita sendiri dan kemudian memetakan ke atasnya, dan dari variabel yang ada kita dapat melihat hal mana yang kontradiksi, kualifikasi, dan bagaimana memperbaikannya. 

Merumuskan Pertanyaan Penelitian 

Pertanyaan penelitian bisa bersifat umum atau khusus, deskriptif atau penjelasan. Rumusan pertanyaan penelitian dapat mendahului, mengikuti, atau terjadi bersamaan dengan pembuatan kerangka konseptual. Pertanyaan ini juga dapat dirumuskan di awal atau di kemudian hari dan dapat disempurnakan atau dirumuskan ulang selama berlangsungnya penelitian di lapangan. 

Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan:\

1.      Mulailah dengan beberapa pertanyaan umum. Pertanyaan tersebut akan menjelaskan tentang domain umum yang paling menarik. 

2.      Jika Anda tidak tahu pasti tentang hal utama yang harus ditanyakan, mulailah saja menyusun beberapa pertanyaan, kemudian anda melihat kembali dan mencoba untuk menghilangkannya jika itu tidak perlu. Perlu diketahui bahwa sebagian besar penelitian, entah itu mereka yang sudah sering berpengalaman dalam penelitian pun, pertanyaan yang tepat sering kali tidak muncul pada bagian awal. 

3.      Terkadang lebih mudah untuk menghasilkan kerangka kerja konseptual setelah Anda membuat daftar pertanyaan penelitian. Anda melihat daftar untuk tema umum, konstruksi umum, hubungan implisit atau eksplisit, dan seterusnya, kemudian mulai memetakan kerangka dasar yang menggabungkan potongan-potongan ini. 

4.      Dalam studi kasus ganda, pastikan semua peneliti memahami setiap pertanyaan dan melihat pentingnya pertanyaan itu. Setiap pertanyaan tidak dapat dibandingkan untuk semua kasus. 

5.      Setelah daftar pertanyaan penelitian dibuat dan diasah, periksalah untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan pada kenyataannya dapat diteliti. Hapus pertanyaan-pertanyaan yang Anda atau peserta Anda tidak menjawabnya, atau tidak bisa diukur (secara kualitatif atau kuantitatif). 

6.      Peganglah pertanyaan-pertanyaan tersebut yang akan diulas saat penelitian. 

Mendefinisikan Kasus 

Peneliti kualitatif sering bergumul dengan pertanyaan tentang "apa kasus saya" dan "di mana batasan kasus saya."  Maka kita perlu memperhatikan beberapa hal berikut: 

1.      Mulailah secara intuitif, tetapi selalu ingat pada fokus utama. Pikirkan siapa dan apa yang tidak akan Anda pelajari sebagai cara untuk memperkuat batasan sehingga tidak membias. 

2.      Definisikan kasusnya sedini mungkin selama studi. Anda perlu memberikan penegasan tentang siapa dan apa yang Anda definisikan sebagai sebuah kasus; hal ini juga akan membantu memperjelas kerangka konseptual dan pertanyaan yang dirancang. 

3.      Ingatlah bahwa pengambilan sampel akan menentukan kasus selanjutnya. 

4.      Perhatikan beberapa dimensi kasus: sifat konseptualnya, dimensi sosialnya, lokasi fisiknya, dan durasi waktunya. 

Sampling: Membatasi Pengumpulan Data 

Pilihan Anda tentang siapa yang mau diteliti diwawancarai, kapan, tentang apa, dan mengapa hal ini akan mempegaruhi penarikan kesimpulan dan keakuratan dari penelitian anda. Maka pengambilan sampel sangat penting. 

Ciri-ciri Utama Sampling Kualitatif   

    Peneliti kualitatif biasanya bekerja dengan menggunakan sampel kecil, namun dipelajari secara mendalam. Sampel kualitatif biasanya tidak sepenuhnya ditentukan pada awal, tetapi dapat berkembang setelah penelitian lapangan berlangsung. Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif melibatkan dua tindakan. Pertama, Anda perlu menetapkan batasan: untuk menentukan aspek apa saja yang dapat Anda pelajari dalam batas waktu dan kemampuan Anda, yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian Anda,. Kedua, pada saat yang sama, Anda perlu membuat kerangka konseptual untuk membantu Anda mengungkap, mengonfirmasi, atau memenuhi konstruksi dasar yang melandasi studi Anda. 

Strategi Pengambilan Sampel Umum 

    Ada berbagai macam strategi pengambilan sampel yang tersedia untuk penelitian kualitatif (Patton, 2002, 2008), dalam kasus yang kompleks atau di seluruh kasus. Jenis sampel ini dapat ditentukan sebelumnya atau dapat berkembang setelah pengumpulan data awal. Kita tidak bisa menentukan strategi mana yang paling cocok untuk semua jenis kasus, karena setiap kasus penelitian memiliki banyak hal unik. Namun peneliti perlu menjelaskan kepada pembaca mengapa memilih jenis pengambilan sampel tertentu dan tidak memilih pengambilan jenis sampel yang lainnya. 

    Pengambilan sampel acak sebenarnya merupakan standar yang paling baik dalam penelitian kuantitatif. Namun pengambilan sampel acak ini masih sangat jarang digunakan. Pertimbangan yang sering dilakukan dalam pengambilan sampel adalah apakah kasus tersebut secara geografis dapat dijangkau atau diakses sehingga memudahkan penelitian. 

    Selain jenis sampel yang dilakukan secara acak, ada juga strategi lain yang dapat digunakan untuk pemilihan sampel. Misalnya, Goetz dan LeCompte (1984) menawarkan (a) pengambilan sampel komprehensif, yakni memeriksa setiap kasus dalam populasi tertentu; (b) pemilihan kuota, yaitu mengidentifikasi sub-kelompok utama dan kemudian mengambil nomor secara acak; (c) pemilihan kasus reputasi, yakni dipilih berdasarkan rekomendasi ahli atau tokoh kunci; dan (d) pemilihan kasus yang sebanding (strategi replikasi), memilih individu, lokasi, dan kelompok yang memiliki karakteristik yang sama atau masih relevan. 

Beberapa saran pengambilan sampel: 

1.      Jika Anda ingin mewawancarai seseorang, Anda perlu mempertimbangkan mengapa orang tersebut penting untuk diwawancarai. Dari sana kita dapat mengetahui siapa lagi yang harus diwawancarai atau diamati. 

2.      Dalam kasus yang kompleks, ingatlah bahwa Anda mengambil sampel untuk mengetahui tentang suatu karakteristik dari latar, peristiwa, dan proses tertentu. Maka untuk hal-hal yang penting, pengambilan sampel dapat diabaikan. 

3.      Dalam penelitian kualitatif, ada bahaya pengambilan sampel yang terlalu sempit. Kunjungi sumber yang paling relevan dan paling cocok untuk penelitian. Tetapi penting juga untuk sedikit bergerak keluar— untuk mewawancarai orang-orang sekitar (tetangga), dengan orang-orang yang tidak lagi terlibat secara aktif di tempat tersebut, bahkan dengan orang-orang yang berlawanan dengan mereka (subjek penelitian). 

4.      Luangkan waktu untuk memeriksa apakah kerangka sampling Anda layak. Pastikan waktunya tersedia, sumber daya tersedia, pastikan apakah tempat penelitian tersebt bisa diakses dan kondisinya memungkinkan kita untuk melakukan penelitian. 

Instrumen Data 

    Instrumentasi dapat diartikan sebagai beberapa perangkat untuk mengamati dan merekam peristiwa dalam sebuah penelitian. Perlu diperhatikan juga bahwa meskipun instrumentasinya adalah wawancara terbuka atau observasi studi lapangan, beberapa hal teknis harus dilakukan: Akankah perlu membuat catatan? Macam apa? Apakah perlu direkam dengan audio atau video? Ditranskripsikan? 

    Kvale dan Brinkmann (2009) menunjukkan bahwa selama wawancara terbuka banyak interpretasi yang akan terjadi. Peneliti harus meringkas atau merefleksikan apa yang telah didengar, dan menemukan maknanya. 

    Orang dan latar dalam studi lapangan dapat diamati lebih dari satu kali. Dalam penelitian kualitatif, hampir selalu ada kesempatan kedua. Jadi instrumentasi awal bisa direvisi kembali. Dalam penelitian kualitatif, masalah validitas dan reliabilitas instrumen sangat bergantung pada keterampilan peneliti. 

Ada beberapa penanda dari instrument penelitian kualitatif yang baik adalah: 

• Kedekatan dengan fenomena dan latar yang diteliti; 

• Pendekatan multidisiplin, untuk menghindari landasan sempit dan terfokus hanya dalam satu disiplin; 

• Keterampilan investigasi yang baik, kemampuan untuk membuat orang terbuka dan menyampaikan informasi secara lengkap; 

• Merasa nyaman, ulet, dan tidak menghakimi orang yang diwawancarai 

 

BAGIAN II 

ANALISIS DATA KUALITATIF 

 

Pengolahan dan Persiapan Data 

    Data mentah (catatan lapangan yang digoreskan, rekaman) harus diproses sebelum tersedia untuk analisis. Catatan lapangan harus diubah menjadi tulisan yang diperluas, baik diketik langsung atau ditranskripsikan dari wawancara. Catatan lapangan yang diambil selama wawancara biasanya berisi sebagian kecil dari konten sebenarnya. Tetapi tulisan formal biasanya akan menambah kembali beberapa konten yang hilang karena catatan lapangan mentah, ketika ditinjau, merangsang pekerja lapangan untuk mengingat hal-hal yang terjadi pada waktu itu yang tidak ada dalam catatan. 

    Berikut akan dijelaskan beberapa tahapan, mulai dengan pengkodean tahap pertama, kemudian pengodean tahap kedua, dan proses mendapatkan tema yang lebih umum melalui pencatatan dan memo analitik. 

 

Kode dan Pengodean Tahap Pertama

Kode adalah label yang memberikan makna simbolis pada informasi deskriptif atau inferensial yang dikumpulkan selama penelitian. Kode biasanya dilampirkan ke "potongan" data dengan berbagai ukuran dan dapat berbentuk label deskriptif yang lugas atau label yang lebih menggugah dan kompleks (misalnya, metafora). Saldaña (2013) mendefinisikan kode sebagai kata atau frase pendek yang secara simbolis memberikan atribut sumatif, menonjol, menangkap esensi, dan atau menggugah untuk sebagian data berbasis bahasa atau visual.

Data tersebut dapat berupa transkrip wawancara, catatan lapangan observasi partisipan, jurnal, dokumen, gambar, artefak, foto, video, situs internet, korespondensi email, literatur, dan lain sebagainya. Jumlah data yang akan dikodekan selama proses pengkodean tahap pertama, berkisar antara satu kata hingga satu paragraf penuh hingga seluruh halaman teks hingga aliran gambar bergerak. Dalam proses pengkodean tahap kedua, bagian yang dikodekan dapat berupa unit yang sama persis, bagian teks yang lebih panjang, memo analitik tentang data, dan bahkan konfigurasi ulang kode itu sendiri yang telah dikembangkan sejauh ini.

 

Charmaz (2001) menjelaskan pengkodean sebagai "hubungan kritis" antara pengumpulan data dan penjelasan maknanya. “Dalam analisis data kualitatif, kode adalah konstruksi yang dihasilkan peneliti yang melambangkan dan dengan demikian atribut menafsirkan makna untuk setiap datum individu untuk tujuan selanjutnya dari deteksi pola, kategorisasi, pembangunan teori, dan proses analitik lainnya. Sama seperti judul mewakili dan menangkap konten dan esensi utama buku, film, atau puisi, begitu pula kode mewakili dan menangkap konten dan esensi utama datum” (hlm. 3–4)

 

Penerapan

Pada tahap awal sebuah penelitian, sebagian besar terlihat menjanjikan. Tetapi jika Anda tidak tahu apa yang lebih penting, semuanya penting. Anda mungkin tidak pernah punya waktu untuk memadatkan dan memesan, apalagi menganalisis dan menulis, semua materi ini. Itulah mengapa kami berpikir bahwa kerangka kerja konseptual dan pertanyaan penelitian adalah pertahanan terbaik untuk menghindari hal itu.

Kode adalah petunjuk atau pemicu untuk refleksi lebih dalam tentang makna data. Kode pertama kali ditetapkan ke potongan data untuk mendeteksi pola yang berulang. Dari pola ini, kode serupa dikelompokkan bersama untuk membuat kategori atau kode Pola yang lebih sedikit. Keterkaitan kategori satu sama lain kemudian dibangun untuk mengembangkan makna analitik tingkat yang lebih tinggi untuk pernyataan, proposisi, hipotesis, dan / atau pengembangan teori.

 

Contoh Pengkodean Tahap Pertama

Saldaña (2013) membagi pengkodean menjadi dua tahap utama: Pengkodean Tahap Pertama dan Tahap Kedua. Metode pengkodean Tahap Pertama mencakup hingga 25 pendekatan berbeda, masing-masing dengan fungsi atau tujuan tertentu. Anda tidak perlu terpaku hanya dengan satu pendekatan untuk upaya pengkodean Anda; beberapa di antaranya dapat "dicampur dan dicocokkan" sesuai kebutuhan.

Dalam Saldaña's (2013) terdapat tiga metode elemen yang menjadi dasar pendekatan pengkodean: (1) Deskriptif, (2) In Vivo, dan (3) Proses coding. Pengkodean Deskriptif adalah memberikan label pada data untuk diringkas dalam kata atau frase pendek. Pengkodean In Vivo, menggunakan kata-kata atau frasa pendek dari bahasa peserta sendiri dalam rekaman data sebagai kode. Termasuk di dalamnya adalah istilah rakyat atau adat dari budaya setempat, subkultur, atau budaya mikro tertentu. Pengodean In Vivo ini cocok untuk hampir semua studi kualitatif, tetapi terutama untuk peneliti kualitatif pemula yang mempelajari cara membuat kode data, dan studi yang memprioritaskan dan menghormati audiens. Dalam kode Vivo ditempatkan dalam tanda kutip untuk membedakannya dari kode yang dibuat peneliti. Contohnya diambil dari transkrip wawancara berkode tentang pengalaman seorang gadis remaja terhadap sekolahnya:

Tahun lalu, saya benci dengan sekolah. Tahun pertama itu aku sangatmembencinya. Dua tahun ini sebenarnya jauh lebih baik. Tetapi aku tidak tahu alasannya, kurasa, selama musim panas aku ini seolah-olah berhenti untuk tidak memedulikan semuanya itu sebagaimana orang lain.

1 " Benci SEKOLAH "

2 "TAHUN INI LEBIH BAIK"

3 "PEDULI DIHENTIKAN"

 

Membuat Kode 

Salah satu metode untuk membuat kode adalah mengembangkan “daftar awal” kode sementara sebelum terjun ke lapangan — Pengodean yang bersifat deduktif. Daftar tersebut berasal dari kerangka konseptual, daftar pertanyaan penelitian, hipotesis, bidang masalah, dan / atau variabel kunci yang dibawa peneliti ke dalam penelitian. Kebanyakan disimpan dalam program CAQDAS (Perangkat Lunak Analisis Data Kualitatif Berbantuan Komputer).

 

 

 

 

Merevisi Kode

Dalam penelitian biasaya beberapa kode awal tidak berfungsi atau tidak bisa lagi digunakan. Maka kita perlu menghilangkan kode atau mengubah tipenya. Untuk mempermuda, diharapkan kita bisa menggunakan program CAQDAS.

 

Struktur dan Kesatuan dalam Daftar Kode 

Kode harus berhubungan satu sama lain secara koheren. Menambahkan, menghapus, atau mengkonfigurasi ulang kode secara bertahap tentu diperbolehkan. Bisa dibuat kategori (dengan huruf tebal), lalu dibuat catatan/komentar pinggir.

 

Definisi Kode

Definisi menjadi lebih tajam ketika dua peneliti mengkodekan kumpulan data yang sama dan mendiskusikan kesulitan awal mereka. Ketidaksepakatan menunjukkan bahwa definisi harus diperluas atau diubah. Apakah mereka menggunakan kode yang kira-kira sama untuk blok data yang sama? Jika tidak, mereka perlu menganalisis kembali untuk menyesuaikan perbedaan mereka sehingga temuan lebih kredibel dan dapat dipercaya.

 

Pengkodean Tahap Kedua: Kode Pola

Pengkodean Tahap Pertama adalah cara untuk meringkas segmen data awal. Pengkodean Tahap Kedua, adalah cara mengelompokkan ringkasan tersebut menjadi beberapa kategori, tema, atau konstruksi yang lebih kecil. Untuk peneliti kualitatif, ini adalah analog untuk perangkat analitik cluster dan faktor-analitik yang digunakan dalam analisis statistik oleh rekan kuantitatif. Kode pola adalah kode penjelasan atau inferensial, kode yang mengidentifikasi tema, konfigurasi, atau penjelasan yang muncul.

 

Aplikasi

Untuk analis kualitatif, pengkodean pola memiliki empat fungsi penting:

1.      Untuk memadatkan sejumlah besar data menjadi sejumlah unit analitik yang kecil.

2.      Membuat peneliti melakukan analisis selama pengumpulan data, sehingga kerja lapangan nanti bisa lebih fokus.

3.      Membantu peneliti menguraikan peta kognitif — skema yang berkembang dan lebih terintegrasi untuk memahami insiden dan interaksi lokal.

4.      Untuk studi multikasus, pengodean ini untuk meletakkan dasar analisis lintas kasus dengan memunculkan tema umum dan prosenya.

 

Dari Kode ke Pola 

Berikut ini adalah contoh fiksi dan perluasan tentang bagaimana kode Tahap Pertama berubah menjadi kode Pola Tahap Kedua dan kemudian dimasukkan ke dalam matriks dan jaringan. Serangkaian kode yang dipilih terkait dengan bulan pertama gejala penarikan yang dijelaskan oleh peserta yang secara sukarela berpartisipasi dalam program pengobatan untuk berhenti merokok, dalam urutan acak dan dengan tipe kode Tahap Pertama mereka ditunjukkan, adalah sebagai berikut:

1.      KECEMASAN [Kode emosi]

2.      KESERUAN [Kode Emosi]

3.      “LUKA SESEORANG BURUK” [Dalam kode Vivo / kode Emosi]

4.      KESEHATAN [Kode emosi]

5.      TARIK NAPAS [Kode proses]

6.      TERBAKAR SEMPURNA [Kode proses]

7.      “TERASA SEPERTI MENANGIS”[Dalam kode Vivo / kode Emosi / Kode proses]

8.      MARAH [Kode emosi]

9.      “ MAKAN LEBIH BANYAK ”[Dalam kode Vivo / kode Proses]

10.  MENGELIRA SEKITAR [Kode proses]

11.  PERGERAKAN KEBIASAAN [Kode deskriptif ]

12.  KENANGAN MEROKOK [Kode deskriptif]

13.  MENCAPAI HAL BARU [Kode proses]

 

Saran 

Pengodean bukan hanya sesuatu yang Anda lakukan untuk "menyiapkan data" untuk analisis tetapi, sesuatu yang mendorong keberlanjutan pengumpulan data. Ingatlah bahwa kode lebih dari sekedar sistem pengarsipan. Setiap proyek membutuhkan cara sistematis untuk menyimpan data lapangan berkode dan cara untuk mengambilnya kembali dengan mudah selama analisis. Pengodean bisa melelahkan Anda; seringkali terasa lebih lama dari yang sebenarnya. Jadi, ada baiknya untuk menyelingi pengkodean dengan catatan dan memo analitik. 

 

 

Catatan

Saat Anda mengerjakan sebuah penelitian, pertimbangkan hal berikut:

a)      Kesimpulan tentang arti dari apa yang “benar-benar” dikatakan oleh peserta kunci

b)      Reaksi pribadi terhadap komentar atau tindakan beberapa peserta

c)      Seperti apa rasanya hubungan dengan peserta

d)      Keraguan tentang kualitas beberapa data

e)      Pemikiran kedua tentang beberapa pertanyaan wawancara dan protokol observasi

f)       Catatan mental untuk membahas masalah lebih lanjut di kontak berikutnya

g)      Referensi silang ke materi di bagian lain dari kumpulan data

h)      Elaborasi atau klarifikasi insiden atau peristiwa sebelumnya yang sekarang tampaknya memiliki signifikansi

 

Analisis Memo

Analitik memo adalah narasi singkat yang mendokumentasikan refleksi peneliti dan proses berpikir tentang data. Laporan-laporan tersebut adalah semacam draf laporan mandiri pertama, tentang fenomena penelitian dan berfungsi sebagai dasar untuk laporan yang lebih diperluas dan akhir. Memo biasanya merupakan cara cepat untuk menangkap pemikiran yang terjadi selama pengumpulan data, kondensasi data, tampilan data, penarikan kesimpulan, pengujian kesimpulan, dan pelaporan akhir. Memo analitik pada dasarnya bersifat konseptual. Memo analitik juga dapat melampaui kode dan hubungannya dengan aspek apa pun dari studi — pribadi, metodologis, dan substantif.

 

Mengenai Data Visual 

Anda sebagai peneliti harus menafsirkan visual dan menentukan apakah tugas tersebut pantas untuk metode dan strategi analitik yang tidak berlaku untuk data berbasis bahasa. Bagi kami, visual selalu menjadi bagian penting dari investigasi lapangan. Yang lebih penting adalah bagaimana pengaruh budaya visual digital pada peneliti.

 

Nasihat dalam Pembuatan Memo 

1.      Prioritaskan memo: Ketika sebuah ide muncul, hentikan apa pun yang sedang Anda lakukan dan tulislah memo tersebut.

2.      Buatlah memo segera setelah data lapangan pertama mulai masuk dan harus berlanjut hingga pembuatan laporan akhir.

3.      Supaya memo dapat disortir, beri judul menurut konten dasar.

4.      Sekali lagi, memo adalah tentang ide. Meringkas atau menghitung contoh data saja tidak cukup.

5.      Tidak perlu membakukan format atau jenis memo, terutama dalam studi multi-kasus.

6.      Menulis memo sering kali memberikan momen kejelasan atau wawasan yang tajam dan diterangi matahari — sedikit pencerahan konseptual.

 

 

 

Pernyataan dan Proposisi 

Pernyataan dan proposisi adalah cara meringkas dan mensintesis sejumlah besar observasi analitik individu. Hal itu seperti "poin-poin" dari pola, tema, tren, dan temuan utama yang Anda rasa dapat Anda kemukakan dengan percaya diri tentang studi Anda. Setelah tahap pengumpulan data berikutnya, yang memperhatikan data yang hilang, proposisi ditinjau kembali. Proposisi diuji lebih lanjut dengan sumber data lain (terutama survei dan observasi), dan kasus-kasus yang tidak sesuai dengan pola diperiksa ulang dengan cermat. Kemudian, buatlah daftar berjalan dari pernyataan dan proposisi yang menunjuk pada saat studi berlangsung, dan revisi mereka saat kerja lapangan berlanjut dan bukti muncul yang menyanggahnya. Pernyataan yang sedang diproses ini juga dapat digunakan sebagai panduan untuk analisis langkah selanjutnya dan pengumpulan data lebih lanjut. Akhirnya, atur poin-poin menjadi format kerangka berurutan dan / atau narasi yang menceritakan kisah analisis Anda.

 

Analisis Lintas Kasus 

Tujuan utama dari analisis lintas kasus adalah untuk mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan apa yang telah terjadi dalam satu konteks terbatas — "kasus" atau situs. Satu keuntungan mempelajari kasus-silang atau beberapa kasus adalah untuk meningkatkan generalisasi, meyakinkan diri Anda sendiri bahwa peristiwa dan proses dalam satu pengaturan yang dijelaskan dengan baik tidak sepenuhnya istimewa. Pada tingkat yang lebih dalam, tujuannya adalah untuk melihat proses dan hasil di banyak kasus, untuk memahami bagaimana proses dan hasil tersebut memenuhi syarat oleh kondisi lokal, dan dengan demikian mengembangkan deskripsi yang lebih canggih dan penjelasan yang lebih kuat.

 

Tujuan Analisis Lintas Kasus

Salah satu alasan untuk melakukan analisis lintas kasus adalah untuk meningkatkan kemampuan generalisasi atau transferabilitas ke konteks lain. Meskipun ada argumen bahwa tujuan ini terkadang tidak sesuai untuk studi kualitatif, pertanyaannya tetap ada. Alasan kedua yang lebih mendasar untuk analisis lintas kasus adalah untuk memperdalam pemahaman dan penjelasan. Banyak kasus membantu peneliti menemukan kasus negatif untuk memperkuat teori, dibangun melalui pemeriksaan persamaan dan perbedaan antar kasus. Proses itu jauh lebih cepat dan mudah dengan beberapa kasus dibandingkan dengan satu kasus.

 

Perbedaan Utama: Variabel versus Kasus

Ragin (1987) menekankan bahwa pendekatan berorientasi kasus menganggap kasus sebagai entitas keseluruhan — melihat konfigurasi, asosiasi, sebab, dan efek dalam kasus — dan hanya kemudian beralih ke analisis komparatif dari sejumlah kasus (biasanya terbatas). Pendekatan berorientasi variabel adalah konseptual dan teori berpusat sejak awal, memberikan jaring yang luas pada sejumlah kasus. 

Ragin mencatat bahwa setiap pendekatan memiliki plus dan minus. Analisis berorientasi variabel baik untuk menemukan hubungan probabilistik antar variabel dalam populasi besar, tetapi kurang dalam menangani kompleksitas penyebab yang sebenarnya atau menangani beberapa sub-sampel; temuannya seringkali sangat umum, bahkan "hampa". Analisis berorientasi kasus bagus dalam menemukan pola-pola spesifik, konkret, dan berlandaskan historis yang umum untuk rangkaian kecil kasus, tetapi temuannya sering tetap bersifat partikularistik dan tidak cocok untuk generalisasi. Implikasinya bukanlah bahwa satu atau pendekatan lain lebih baik untuk analisis data kualitatif.

 

Kelebihan dan Kekurangan Buku

            Saya memberikan penilain bahwa buku ini ditulis dengan sangat bagus, baik dari sistematika maupun isinya. Yang menarik bahwa pada setiap materi, buku ini selalu memberikan penjelasan dengan contoh-contoh praktis. Lebih menarik lagi bahwa contoh-contoh yang diangkat adalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan sehingga cocok untuk dipelajari oleh mereka yang ingin bergelut dalam dunia pendidikan. Buku ini tidak mebahas penelitian pada penelitian sosial atau yang bersifat umum, tetapi penelitian dalam bidang pendidikan. Hal menarik lainnya adalah bahwa di akhir bahasan, penulis juga memberikan beberapa saran yang bisa dilakukan oleh para peneliti, sesuai dengan materi bahasannya.

            Selain beberapa kelebihan di atas, saya juga menemukan beberapa kekurangan, di antaranya bahwa buku ini belum memeliliki template yang lengkap berkaitan dengan pembahasan.  Selain itu, misalnya dalam pengkodean, penulis menawarkan program CAQDAS sebagai program yang sangat baik untuk digunakan dalam pengkodean. Namun penulis tidak memberikan penjelasan yang rinci untuk pengoperasian program tersebut, yang mungkin belum diketahui oleh semua pembaca. Maka alangkah baiknya jika kedua hal tersebut bisa diperhatikan untuk penerbitan di edisi selanjutnya.

No comments:

Post a Comment