Hendrikus
Dasrimin
Abstrac:
Education
policy is an implicit or explicit specification of the intended action, being
followed or to be followed in terms of educational issues, directed at
achieving a desired or desired set of goals. So it is necessary reformulation
and forecasting. The purpose of this article is to provide a theoretical
overview of reformulation and forecasting in the educational policy. The
method used in this article is a conceptual description method based on
literature review. The results of the discussion show that reformulation and
forecasting in the education policy is absolutely necessary for our higher
quality education.
Key words: policy, education, forecasting
Abstrak:
Kebijakan
pendidikan merupakan spesifikasi implisit atau
eksplisit tentang tindakan yang dituju, sedang diikuti atau akan diikuti berkenaan dengan masalah pendidikan, yang diarahkan pada
pencapaian seperangkat tujuan yang dikehendaki atau diinginkan. Maka sangat diperlukan reformulasi dan
peramalan. Tujuan
dari penulisan artikel ini adalah ingin memaparkan tinjauan teoritis tentang
reformulasi dan peramalan dalam kebijaaksaan pendidikan. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode deskripsi
konseptual berdasarkan tinjauan kepustakaan. Hasil pembahasan memperlihatkan
bahwa reformulasi dan peramalan dalam kebijaksanaan pendidikan mutlak
diperlukan agar pendidikan kita semakin berkualitas.
Kata kunci: kebijakan, pendidikan, peramalan
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Semakin
baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa itu,
itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa.
Pendidikan yang maju memberikan implikasi terhadap majunya suatu bangsa. Dengan demikian
pendidikan mempunyai tujuan untuk mencetak kader-kader generasi yang
memiliki kecakapan dalam bidang jasmani dan sekaligus bidang rohani. |
Perjalanan pendidikan di masa
lalu cukup dijadikan sebagai batu pijakan bagi pemerintah serta seluruh
warga Indonesia dalam merumuskan kebijakan. Seperti yang disinyalir dalam
tajuk rencana media Indonesia yang menyatakan bahwa dalam negara demokrasi
pemerintah masih tampak belum melibatkan suara guru dalam proses
pengambilan kebijakan pendidikan (Tilaar, 2005:2). Oleh karenanya,
kebijakan yang berlaku hingga saat ini masih dalam kekalutan dan
keterpurukan.
|
Toisuta menyatakan bahwa kekacauan manajemen
pendidikan Indonesia disebabkan karena pemerintah tidak mempunyai suatu platform
pendidikan nasional. Sehingga yang terjadi adalah adanya kebijakan yang
tidak berkesinambungan. “Ganti menteri ganti kebijakan” jargon yang sering
diperdengarkan. Kebijakan silih berganti yang tidak berkesinambungan tersebut
yang pada akhirnya menyebabkan evaluasi yang dilakukan tidak tuntas sehingga
melahirkan kebijakan – kebijakan baru yang tidak mantap (Tilaar, 2005:2)
Oleh karenanya, dalam pembuatan kebijakan pendidikan
tentunya para analis harus menggunakan peramalan kebijakan. Meramalkan tentang
kejadian yang akan terjadi di masa depan merupakan faktor penting, karena
sesuai dengan konsep peramalan ekstrapolatif bahwa kejadian-kejadian di masa
lalu akan mempunyai kecenderungan dan siklus yang sama di masa yang akan
datang.
KAJIAN LITERATUR
Pengertian Peramalan Kebijakan
Peramalan kebijakan (policy forecasting)
merupakan suatu prosedur untuk membuat informasi factual tentang situasi social
masa depan atas dasar informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan (Dunn,
2000: 291). Tujuan diadakannya peramalan kebijakan di antaranya adalah:
1. Ramalan
menyediakan informasi tentang perubahan kebijakan di masa depan beserta
konsekuensinya yang akan berpengaruh terhadap implementasi kebijakan.
2. Mempermudah
melakukan kontrol yang lebih besar dengan asumsi
bahwa masa depan ditentukan oleh masa lalu dan masa kini, serta intervensi
kebijakan guna mempengaruhi perubahan, sehingga akan mengurangi resiko yang
lebih besar.
3. Mempermudah melakukan tindakan kebijakan di masa depan.
Oleh karena itu, sebelum rekomendasi diformulasikan
perlu adanya peramalan kebijakan sehingga akan diperoleh hasil rekomendasi yang
benar-benar akurat untuk diberlakukan pada masa yang akan datang. Dalam hal
memprediksi kebutuhan di masa yang akan datang dengan berpijak pada masa lalu,
maka dibutuhkan seseorang yang memiliki daya sensitifitas tinggi dan mampu
membaca kemungkinan-kemungkinan di masa yang akan datang.
Bentuk-Bentuk Peramalan Kebijakan
dan Jenis-Jenis Masa Depan
Adapun bentuk-bentuk dari peramalan
kebijakan atau forecasting, yakni:
1) Proyeksi
Yaitu ramalan yang didasarkan pada
ekstrapolasi atas kecenderungan masa lalu maupun masa kini ke masa depan,
dengan asumsi bahwa masa yang akan datang memiliki pola yang sama dengan masa
lalu. Biasanya, penggunaan bentuk proyeksi di peroleh melalui kasus paralel,
dimana asumsi mengenai validitas metode tertentu atau kemiripan kasus digunakan
untuk memperkuat pernyataan.
Proyeksi juga dapat diperkuat dengan argumen dari
pemegang otoritas seperti opini para pakar dan logika kausal yang diambil dari
teori. Bentuk proyeksi dapat diterapkan dengan menggunakan model matematika dan
regresi. Contohnya, kita dapat menghitung proyeksi
jumlah penduduk tahun 2010 berdasarkan data jumlah penduduk selama 5 tahun
terakhir, yakni tahun 2004, tahun 2003, tahun 2002, tahun 2001, dan tahun 2000.
2) Prediksi
Yaitu ramalan yang didasarkan pada asumsi teoritis
yang tegas. Asumsi ini dapat berbentuk hukum teoritis, proposisi atau analogi.
Sifat
terpenting dari prediksi adalah menspesifikasikan kekuatan generatif (penyebab)
dan konsekuensi (akibat).
Misalnya berdasarkan teori supply dan demand,
dimana harga normal akan terjadi pada titik temu antara supply dan demand.
Kemudian hukum berkurangnya nilai uang, atau proporsi yang menyatakan bahwa
pecahnya masyarakat sipil disebabkan oleh adanya kesenjangan antara harapan dan
kemampuan. Prediksi ini dapat dilengkapi dengan argumentasi dari mereka yang
berwenang (misalnya penilaian yang informatif) dan metode (misalnya model
ekonomerik).
3) Perkiraan
Yaitu ramalan yang didasarkan pada
penilaian yang normatif atau penilaian para pakar tentang situasi masyarakat
masa depan. Penilaian
ini dapat berbentuk penilaian intuitif yang berlandaskan pada kekuatan batin
dan kreatif dari para intelektual.
Jenis-Jenis
Masa Depan
Dalam upaya melakukan peramalan, maka perlu diketahui
situasi masa depan. Teori kebijakan publik membedakan masa depan atas tiga
jenis, yaitu:
1) Masa Depan Potensial (Potential Future)
atau Masa Depan Alternatif
Yaitu situasi sosial masa depan yang mungkin terjadi, yang berbeda dengan
situasi sosial yang memang terjadi.Situasi masa depan tidak pernah pasti sampai
benar-benar terjadi, dan karena ini merupakan kemungkinan bebas, maka “wilayah”
potential futures sangat luas. Contohnya, sebagai akibat dari penebangan hutan yang terus
menerus, maka berbagai jenis masa depan mungkin
dapat terjadi,misalnya bencana alam, kekurangan persediaan air,
musnahnya satwa, dan global warming.
2) Masa Depan yang Masuk Akal (Plausible
Future)
Yaitu situasi masa depan yang atas dasar
asumsi akan terjadi apabila pembuat kebijakan tidak melakukan intervensi. Situasi masa depan ini atas dasar
asumsi tentang hubungan antar lingkungan dan masyarakat, dan ini diyakini akan
berlangsung jika pembuat kebijakan tidak mengintervensi guna mengubah arah
suatu peristiwa.
Contohnya, sebagai akibat dari adanya penebangan hutan
yang terus menerus, maka berbagai jenis masa depan mungkin dapat terjadi,misalnya bencana alam, kekurangan persediaan
air, musnahnya satwa, dan global warming. Dari contoh tersebut, yang
dikatakan masa depan masuk akal, adalah bencana alam, kekurangan persediaan
air, musnahnya satwa, dan global warming sangat logis dapat terjadi
apabila pemerintah tidak melakukan kontrol terhadap penebangan hutan. Dan
sebaliknya, apabila pemerintah melakukan kontrol terhadap manajemen penebangan
hutan, maka akan masuk akal juga dampak negatif dari penebangan hutan tersebut
dapat diminimalkan atau dihindari.
3) Masa Depan Normatif (Normatif Future)
Yaitu masa depan yang seharusnya terjadi. Masa depan normatif ini merupakan
masa depan yang potensial maupun masa depan yang masuk akal,yang konsisten
dengan konsep analisa tentang kebutuhan, nilai dan kesempatan yang ada di masa
depan. Salah satu aspek penting dari masa depan normatif adalah spesifikasi tujuan dan sasaran. Pada masa depan
normatif ini perlu adanya analisa yang teliti terhadap perubahan yang terjadi
dalam hasil akhir maupun cara-cara kebijakan di masa depan.
Hubungan ketiga jenis masa depan
masyarat (poternsial, plausibel, dan normatif), dapat dilihat pada gambar
berikut:
Tujuan dan Sasaran Masa Depan
Normatif
Aspek
penting dari masa depan normatif adalah
spesifikasi tujuan dan sasaran. Nilai-nilai ini akan tentu berubah dimasa
depan, sehingga menyulitkan pendefinisikan masa depan normatif atas dasar
preferensi yang ada pada saat ini. Oleh karena itu analis perlu penuh perhatian
terhadap perubahan yang terjadi di dalam hasil akhir maupun cara-cara kebijakan
di masa depan. Dalam berfikir tentang hasil akhir (ends) kebijakan tersebut ada baiknya membandingkan antara tujuan (goals) dan sasaran (objectives). Tujuan jarang diungkapkan dalam bentuk definis
opersional adalah untuk mengaskan seperangkat operasi yang diperlukan untuk
mengukur sesuatu, sedangkan sasaran mengungkapkan definisi operasional itu.
Selain itu, tujuan tidak dapat diukur sedangkan sasaran dapat diukur. Tujuan
biasanya tidak menegaskan periode waktu yang dibutuhkan oleh kebijkan untuk mencapai
maksud-maksudnya, sedangkan sasaran menyebutkan jangka waktu pencapaiannya.
Sehingga tujuan mendefinisikan populasi target secara luas, sedangkan sasaran
mendefinisikan secara spesifik.
Sumber-Sumber Tujuan, Sasaran Dan
Alternatif Peramalan Kebijakan
Dalam meramalkan kebijakan yang akan diberlakukan,
maka baik seorang analis maupun pembuat kebijakan harus menemukan sumber tujuan,
sasaran serta alternatif yang akan digunakan dalam membuat kebijakan
ulang,diantaranya yaitu:
1) Wewenang; Dalam memprediksi sebuah
kebijakan yang akan datang, seorang analis dapat berdiskusi dengan para pakar
untuk mencari alternatif pemecahan permasalahan.
2) Wawasan; Seorang analis dapat
menggunakan intuisinya, penilaian (judgment),
atau pengetahuan tersembunyi dari orang-orang yang dipercayai cukup memahami
suatu masalah.
3) Metode; Pencarian alternatif
pemecahan permasalahan dapat dilakukan dengan melakukan analisa dengan
menggunakan metode yang tepat dan inovatif.
4) Teori Ilmiah; Teori yang dibuat
dalam ilmu-ilmu sosial dan eksakta dapat digunakan sebagai pijakan pencarian
alternatif pemecahan permasalahan sebuah kebijakan.
5) Motivasi; Keyakinan, nilai dan
kebutuhan dari para penentu kebijakan dapat dijadikan sebagai sumber pemecahan
permasalahan kebijakan. Alternatif dapat dibuat dari tujuan serta sasaran dari
suatu kelompok.
6) Kasus Paralel; Pengalaman kebijakan
dari negara atau kota lain serta kasus-kasus permasalahan kebijakan
dapat digunakan sebagai peramalan alternatif suatu kebijakan.
7) Analogi; Kemiripan antar
permasalahan yang berbeda juga dapat digunakan sebagai sumber alternatif
kebijakan. Misalnya undang-undang yang dirancang untuk meningkatkan
kesamaan kesempatan kerja bagi wanita, yang merupakan hasil dari analogi
terhadap perlindungan hak-hak kaum minoritas.
8) Sistem Etik; Teori
tentang keadilan sosial yang dibangun oleh para filsuf dan pemikir sosial
lainnya dapat juga digunakan sebagai sumber alternatif pemecahan sebuah
kebijakan di berbagai bidang.
Pendekatan-Pendekatan Peramalan
Setelah tujuan, sasaran serta alternatif ditetapkan,
dapat dipilih suatu pendekatan peramalan. Maka seorang analis harus: 1).
Memutuskan apa yang diramal, yakni menentukan obyek ramalan 2). Menentukan
bagaimana membuat ramalan, yakni memilih satu atau lebih dasar untuk meramal;
3). Memilik teknik yang paling sesuai dengan obyek dan dasar yang dipakai.
Obyek ramalan adalah titik pijakan suatu proyeksi,
prediksi atau perkiraan. Ramalan memiliki empat objek antara lain:
- Konsekuensi dari kebijakan yang ada. Ramalan dapat digunakan untuk mengestimasi perubahan yang mungkin terjadi jika pemerintah tidak menempuh tindakan baru.
- Konsekuensi dari kebijakan baru. Ramalan dapat digunakan untuk mengestimasi perubahan yang ada didalam masyarakat yang dperkirakan akan terjadi jika kebijakan baru diterapkan.
- Isi dari kebijakan baru. Ramalan dapat digunakan untuk mengestimasi perubahan dalam isi dari kebijakan yang baru.
- Perilaku para penentu kebijakan. Ramalan dapat digunakan untuk mengestimasi dukungan (atau oposisi) yang mungkin muncul atas rancangan kebijakn baru.
Basis dari ramalan merupakan seperangkat asumsi atau
data yang digunakan untuk menetapkan kemungkinan (plausibility) dari ramalan
atas konsekuensi dari kebijakan baru maupun kebijakan yang telah ada, isi dari
kebijakan baru, atau perilaku para penentu kebijakan. Terdapat tiga basis utama
ramalan kebijakan, yakni:
Ekstaplorasi kecenderungan adalah pemanjangan kecenderungan
masa lalu ke masa depan. Ekstaplorasi ini berdasar pada asumsi bahwa apa yang
telah terjadi dimasa lalu juga akan berlangsung dimasa yang akan datang, bila
tidak ada kebijakan baru atau peristiwa yang tak terduga yang mempengaruhi
suatu peristiwa. Ektraplorasi kecenderungan ini berdasarkan pada logika
induktif, yaitu proses berpikir yang berangkat dari pengamatan khusus ke
kesimpulan atau pernyataan umum.
Asumsi teoritik merupakan seperangkat hukum atau proposisi yang
terstruktur secara sistematis dan teruji secara empirik yang membangun suatu
prediksi tentang berlangsungnya suatu peristiwa atas dasar peristiwa yang lain.
Asumsi teoritik berbentuk kausal, dan perannya adalah menjelaskan atau
memprediksi. Penggunaan asumsi teoritik didasarkan pada logika deduktif, yakni
proses berpikir dari dari pernyataan, hokum atau proposisi umum ke sejumlah
pernyataan, hokum atau proposisi umum ke sejumlah pernyataan dan informasi
khusus.
Penilaian informatif merupakan pengetahuan yang
didasarkan pada pengetahuan dan intuisi, ketimbang berdasarkan pemikiran
induktif atau deduktif. Penilaian informative ini biasanya diungkapkan oleh
para pakar atau orang yang berpengetahuan dan digunakan dalam kasus – kasus
dimana teori dan/atau data empiric tidak tersedia atau kurang memadai.
Penilaian informative ini berdasarkan pada logika retroduktif, yaitu proses
berpikir yang mulai dengan pernyataan tentang masa depan dan kemudian kembali
ke informasi dan asumsi yang diperlukan untuk mendukung pernyataan tersebut.
Dari ketiga basis tersebut di atas, dalam praktik,
batas-batas antara cara berpikir induktif, deduktif dan retroduktif seringkali
tidak jelas. Ketiga cara tersebut keberadaannya bisa melengkapi satu sama lain.
Metode retroduktif merupakan cara yang paling kreatif untuk digunakan sebagai
cara untuk meramalkan masa depan potensial. Sedangkan metode berpikir induktif
dan deduktif dapat digunakan sebagai penghimpun informasi dan teori baru untuk
membuat pernyataan tentang situasi social masa depan. Namun, pada dasarnya
metode berpikir induktif dan deduktif ini adalah konservatif, karena penggunaan
penggunaan informasi tentang peristiwa masa lalu atau penerapan teori ilmiah
yang telah mapan dapat membatasi pandangan seseorang tentang masa depan yang
potensial (yang berbeda dengan plausible).
Metode dan Teknik dalam Peramalan
Kebijakan
Di dalam peramalan kebijakan terdapat
beberapa metode dan teknik yang dapat digunakan, diantaranya yaitu:
1) Peramalan Ekstrapolatif
Peramalan ekstrapolatif adalah peramalan yang berdasarkan pada beberapa
bentuk analisis antar waktu (time series analysis),
yakni analisis data numerik yang
dihimpun pada beberapa titik waktu dan ditampilkan secara kronologis. Peramalan jenis ini telah digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi, berkurangnya penduduk, konsumsi energi, kualitas hidup, dan beban
kerja pemerintah.
Untuk
dipergunakan sebagai proyeksi, maka peramalan
ekstrapolatif ini berdasarkan pada tiga asumsi dasar, yaitu:
· Persistensi; Yaitu
bahwa pola-pola yang terjadi dimasa lalu akan terjadi juga dimasa depan.Contohnya, jika pemilihan jalur pendidikan yang lebih tinggi telah meningkat dimasa
lalu, maka akan meningkat pula dimasa depan.
· Keteraturan; Bahwa variasi pada masa lalu sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungannya akan
terulang secara berkelanjutan dimasa depan.Contonya, jika kurikulum berubah setiap 10 tahun, maka siklus ini akan terulang dimasa
depan.
· Reliabilitas
dan Validitas Data; Artinya
bahwa pengukuran tren akan reliabel
(cukup cermat atau memiliki konsistensi internal) dan valid (mengukur apa yang hendak di ukur).
Contohnya, statistik
tingkat kelulusan siswa merupakan alat ukur yang relatif tidak cermat atau kurang tepat atas tingkat kecerdasan siswa yang sebenarnya.
Apabila ketiga asumsi tersebut dapat terpenuhi, maka peramalan ekstrapolatif akan lebih baik jika dibandingkan
dengan intuisi tentang dinamika perubahan dan memberikan pemahaman yang lebih
besar tentang situasi masyarakat yang lurus ke depan. Namun,apabila salah satunya
tidak dapat terpenuhi, maka teknik peramalan ekstrapolatif akan memberikan hasil yang
tidak akurat atau salah arah.Hal ini dikarenakan kepatuhan terhadap asumsi
metodologi ini dan juga adanya asumsi bahwa metodologi lain yang tidak dijamin akurasinya.
Menurut Dunn, kurang
akuratnya dua atau lebih ramalan seringkali diakibatkan oleh keputusan yang
kaku atas asumsi teknik. Itulah sebabnya penilaian (judgment) merupakan hal yang penting bagi semua bentuk ramalan,
termasuk peramalan yang menggunakan model yang kompleks.
Metode dan teknik peramalan ekstrapolatif dapat
dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:
a. Analisis antar waktu klasik, yang mempunyai empat
komponen, yaitu:
· Tren sekuler, yaitu pertumbuhan atau penurunan yang lurus dalam jangka
panjang dari suatu data antar waktu.
· Variasi musiman, yaitu variasi dalam
data antar waktu yang berulang secara periodik dalam satu tahun atau kurang.
· Fluktuasi yang bersiklus, yaitu
variasi yang periodik dan meluas beberapa tahun dan tidak terprediksi.
· Perpindahan yang teratur, yaitu
variasi yang teratur.
b. Estimasi tren linear, yaitu suatu prosedur yang
menggunakan analisis regresi untuk memperoleh estimasi matematis yang cermat
tentang situasi sosial masa depan.
c. Waktu berskala non linear, yang dipilah menjadi lima
kelas yaitu:
·
Osilasi,
yaitu nilai yang menyimpang dari linearitas tapi hanya dalam tahunan,
caturwulan, bulan atau hari.
· Siklus, yaitu fluktuasi non linear
yang terjadi antar tahun atau lebih lama.
·
Kurva
pertumbuhan, yaitu penyimpangan linearitas antar tahun, dekade, atau jangka
waktu tertentu.
· Kurva penurunan, yaitu pasangan dari
kurva pertumbuhan.
· Katasropi, yaitu memperlihatkan
ketidak-ajegan yang muncul tiba-tiba dan tajam.
d. Pembobotan eksposial yang menggunakan persamaan dalam
regresi.
e. Transformasi data, yaitu cara yang dipakai untuk
mengadaptasi teknik regresi linear dalam proses pertumbuhan dan penurunan.
f. Metodologi katastopi, yaitu metode
yang dipakai untuk merekam keajegan yang muncul dari variasi variabel lain.
2) Peramalan Teoritik
Peramalan teoritik yaitu metode peramalan yang
didasarkan pada asumsi tentang sebab dan akibat yang terkandung di dalam
berbagai teori dengan menggunakan logika deduktif. Metode ini digunakan untuk
membantu analis membuat prediksi tentang situasi masyarakat di masa depan atas
dasar asumsi teori dan data masa lalu maupun masa kini.
Peramalan teoritik dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu:
a. Pemetaan teori, yaitu teknik yang membantu analis untuk mengidentifikasikan
dan merancang asumsi-asumsi kunci di dalam suatu argumen teori atau kausal.
b. Pembuatan model teoritik, yaitu
menunjuk pada suatu teknik dan asumsi yang luas untuk membentuk representasi
(model) sederhana dari teori, karena analis jarang membuat peramalan teoritik
secara langsung dari suatu teori.
c. Pembuatan model kausal, yaitu
representasi teori secara sederhana yang berusaha untuk menjelaskan dan
memprediksikan penyebab dan konsekuensi dari kebijakan publik.
d. Analisis regresi, yaitu teknik yang
sangat bermanfaat untuk meramalkan hubungan linear antara variabel dalam model
peramalan teoritik.
e. Estimasi titik dan interval.
f. Analisis korelasional.
3) Peramalan
Pendapat atau Peramalan Intuitif
Peramalan pendapat yaitu teknik peramalan yang
berusaha untuk memperoleh dan mensintesakan pendapat-pendapat para ahli atau
pakar dibidangnya. Peramalan pendapat yang mengutamakan kekuatan intuitif atau
perasaan, karena asumsi tentang daya kreasi seseorang dalam membuat peramalan
digunakan sebagai pembenar pernyataan mengenai masa depan.
Peramalan jenis ini sering
digunakan dalam pemerintahan dan industri, terutama sesuai untuk jenis-jenis
masalah yang rumit. Karena salah satu
sifat dari masalah yang rumit adalah bahwa alternatif kebijakan dan konsekuensinya tidak dapat
diketahui maka dalam kondisi seperti itu tidak ada teori atau data empirisyang relevan
untuk membuat ramalan. Dalam hal ini teknik peramalan pendapat menjadi sangat bermanfaat dan bahkan
sangat perlu.
Logika dari peramalan intuitif
pada dasarnya bersifat retroduktif karena analis memulai dengan dugaan tentang suatu
keadaan. Misalnya, masa depan normatif seperti perdamaian dunia, dan kemudian berbalik ke data atau asumsi yang diperlukan untuk mendukung
dugaan tersebut.
Dengan demikian, terdapat tiga jenis peramalan
intuitif, yaitu:
a. Teknik Delphi; yaitu prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh, menukar
dan membuat opini tentang peristiwa di masa depan.
Teknik ini dikembangkan pada tahun
1948 oleh Apolio di Delphi. Teknik delphi menekankan pada lima prinsip dasar,
yaitu:
· Anonimitas, yaitu semua pakar atau
orang berpengetahuan memberikan tanggapan secara terpisah dan saling tidak
mengenal diantara mereka.
· Iterasi, yaitu penilaian setiap
individu dihimpun dan dikomunikasikan kembali kepada semua pakar yang ikut
terlibat dan memberikan komentar.
· Tanggapan balik yang terkontrol,
yaitu pengkomunikasian penilaian dilakukan dalam bentuk rangkuman jawaban
terhadap kuesioner.
· Jawaban statistik, yaitu rangkuman
dari tanggapan setiap orang disampaikan dalam bentuk ukuran tendensi sentral,
disperse, distribusi frekuensi, dan polygon frekuensi.
· Konsensus pakar, yaitu untuk
menciptakan kondisi konsensus diantara para pakar sebagai akhir yang penting.
Kebijakan Delphi (Delphi
policy) adalah suatu tanggapan yang konstruktif terhadap keterbatasan
Delphi konvensional dan merupakan usaha untuk menciptakan prosedur baru yang
sesuai dengan rumitnya masalah-masalah kebijakan. Suatu kebijakan delphi dapat
digambarkan sebagai serangkaian tahapan yang saling berkaitan, yaitu
spesifikasi isu, menyeleksi advokat, membuat kuesioner, analisis hasil putaran
pertama, pengembangan kuesioner selanjutnya, mengorganisasi pertemuan kelompok,
dan menyiapkan laporan akhir.
b. Analisis dampak silang, yaitu suatu teknik yang
menghasilkan penilaian atas dasar informasi tentang probabilitas kejadian dari
peristiwa masa depan dengan berbasis pada terjadi atau tidaknya peristiwa
terkait. Untuk itu analisis dampak silang memperhatikan tiga aspek dari suatu
kaitan, yaitu arah kaitan (positif atau negatif), kekuatan kaitan (kuat atau
lemah), dan jangka waktu kaitan (waktu kaitan peristiwa).
c. Tafsiran fisibilitas, yaitu teknik
peramalan pendapat untuk meramalkan perilaku
para pelaku kebijakan dalam setiap proses pembuatan kebijakan.
Teknik tafsiran fisibilitas
memfokuskan pada beberapa aspek perilaku politik organisasional, yaitu posisi
isu, sumber daya yang tersedia, dan ranking sumber daya relatif.
Secara singkat, pendekatan-pendekatan
peramalan dengan basis mereka, metode yang sesuai dan produknya dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Kebijakan
Pendidikan yang Relavan
Agar bisa mendapatkan masa depan
pendidikan yang baik, sangat diperlukan kebijakan pendidikan yang relevan. Menurut
Imron (2002), kebijakan pendidikan yang relevan untuk masa depan perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
Pertama, Peningkatan
kualitas pendidikan perlu diprioritaskan. Kualitas pendidikan sangatlah penting
karena manusia hanya dengan berkualitas bisa bertahan hidup dimasa depan.
Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat
kompetisinya adalah manusia yang berkuaitas.
Kedua, Peningkatan
kesiapan peserta didik menghadapi dunia yang selalu berubah. Hal ini, membawa
konsekuensi logis bagi pemberian materi ajaran yang serba pasti. Sejak
dari dini peserta didik dilatih untuk
menghadapi perubahan yang terus menerus terjadi, karena adanya pengalaman dalam
menghadapi perubahanlah peserta didik tidak akan terkejut dengan perubahan yang
akan dialami di dalam masyarakat nantinya/kelak.
Ketiga, peningkatan
kemandirian anak melalui pegajaran. Hal ini, menjadi sebuah kebijkasanaan
pendidikan, mengingat manusia di amsa depan yang dapat berkimpetensi serta bisa
membawa bangsanya dalam pencaturan dunia yang sedang berubah yaitu manusia yang
mandiri dan tidak bergantung. Mengingat kemandirian sendiri berproses sangat
lama dan banyak memakan waktu maka mulai dari sekolah dasar pengajaran yang
mengarahkan peserta didik untuk dapat mandiri harus sudah dimulai yaitu:
prestasi pesert didik di sekolah atau lembaga pendidikan antara lain juga harus
dilihat dari sisi kemandiriannya.
Keempat, mengarahkan
peserta didik di lembaga pendidikan ke arah karya nyata. Hal ini, dilakukan
agar mulai dari sejak dini peserta didik berlatih untuk banyak berkarya.
Kemapuannya untuk berkarya tersebut harus ditempatkan dalam jajaran kehormatan,
karena yang berkaryalah yang dapat meberikan sumbangan langsung dan bermamfaat
bagi sesemanya.
Kelima, penanaman
kedisplinan yang tinggi kepada peserta didik di sebuah lembaga pendidikan.
dalam kedispilinan tersebut dimulai dari diri sendiri. Kedispinan diir itu
perlu, agar anak kelak di masyarakat terus-menerus menyumbangkan sesuatu yang
berharga kapada masyarakat. Tidak ada waktu yang tidak terisi dengan kebijakn
buat sesamanya.
Keenam, penenaman
keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sangat diperlukan agar
ketika terlibat dalam arus pencaturan dunia dia senantiasa mengendalikan diri
agar tidak terjebak didalam lumpur kedupan yang sesat, karena ia makhluk
beragama yang harus menaati perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
Ketujuh, penanaman
kesetiakawanan diantara teman-teman sebagngsa. Hal ini, sangat penting karena
kita hidup dalam kerangka dan wadah nation
yang hampir setiap harinya akan senantiasa berinteraksi dengan sesamanya.
Interaksi dengan sesama ini mengingatkan yang bersagkutan pada hakikat diirnya,
karena selalin sebagai makhluk pribadi juga seklaigus sebagian mahkluk sosial.
PENUTUP
Kesimpulan:
Peramalan adalah pembuatan statemen
fakta tentang masa depan berdasarkan pada pengetahuan tentang kejadian atau
keadaan yang telah terjadi. Bagi analisis kebijakan, prosedur peramalan
digunakan untuk meramalkan akibat dari alternatif tindakan publik atau akibat
jika tidak ada tindakan publik. Dengan kata lain, peramalan kebijakan dapat
dilakukan untuk berbagai tujuan di antaranya untuk memperoleh informasi mengenai perubahan dimasa yang
akan datang yang akan mempengaruhi terhadap implementasi kebijakan serta
konsekuensinya. Sebelum rekomendasi diformulasikan perlu adanya peramalan
kebijakan sehingga akan diperoleh hasil rekomendasi yang benar-benar akurat
untuk diberlakukan pada masa yang akan.
Saran:
Banyak kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia
yang telah diformulasikan masih perlu direformulasi. Maka baik analisis maupun
seorang pembuat kebijakan disarankan untuk membuat reformulasi kebijakan dengan
terlebih dahulu membuat peramalan kebijakan yang sesuai dengan proses atau
mekanisme sebagaimana dijelaskan di atas.
DAFTAR RUJUKAN:
Dunn, William, N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan
Publik. Yogakarta: UGM Press.
Imron, Ali. 2012. Kebijaksanaan Pendidikan di
Indonesia; Proses, Produk dan Masa Depannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sihabuddin Chalid, 2015. Analisis
Kebijakan Pendidikan Di Kabupaten Tanah Laut (Dalam Rangka Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun). Jurnal Humaniora Teknologi. Vol. 1 No.1 ;
Oktober 2015.
No comments:
Post a Comment