Oleh: H. Dasrimin
a. Analisis prospektif; program pendidikan wajib belajar 12 tahun sangat
penting jika kita berorientasi pada perkembangan yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Tujuan wajar 12 tahun adalah untuk memenuhi standar pendidikan atau
supaya bisa bersaing dengan negara-negara lain di tingkat internasional.
Artinya jika program ini tidak bisa berjalan dengan baik, maka hampir pasti
bahwa kita tidak akan bisa bersaing dengan negara-negara lain yang kian
berkembang. Kemajuan IPTEK yang semakin berkembang pesat perlu diimbangi dengan
kualitas SDM masyarakat yang tidak lain
bisa ditempuh melalui pendidikan. Secara intern (dalam negara kita sendiri), program
wajar ini juga dibuat untuk menyongsong Generasi emas 2045. Menjadi harapan
besar bagi negara kita agar di tahun 2045 nanti, negara kita memiliki generasi
emas yang berkualitas, yang tentunya tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan
yang berkualitas dan masyarakat yang berpendidikan.
b. Analisis restrospektif; pendidikan wajib belajar sebenarnya didasari UUD
1945 yang
menyatakan bahwa salah satu tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu ditegaskan pula bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan wajib mengikuti
pendidikan dasar.
Program
wajib belajar 12 tahun merupakan kelanjutan dari program wajib belajar 9 tahun.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan program
wajar 9 tahun sebagai sebuah retrospeksi untuk keberhasilan program wajar 12
tahun yang sekarang ini sudah, sedang dan akan dilaksanakan. Sunandar (2017)
menemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan program
wajib belajar 9 tahun, yakni: 1) kemiskinan penduduk (faktor ekonomi); 2)
kesulitan sekolah (faktor geografis); 3) kurangnya pelayanan pendidikan; 4)
rendahnya motivasi orang tua dan siswa; 5) kurangnya dukungan dari pemerintah
dan masyarakat; 6) faktor sosial budaya yang kurang mendukung pendidikan.
Desain Kebijakan
Setelah
melakukan analisis prospektif dan retrospektif di atas maka implementasi
kebijakan program wajib belajar 12 tahun, jika didesain dengan terminology
Grindle dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel I (Isi kebijakan)
Dengan memperhatikan variabel kebijakan Grindle, isi kebijakan wajib
belajar 12 tahun sudah mencerminkan bahwa yang menjadi sasaran utama dari
program ini adalah demi kecerdasan kehidupan bangsa. Hal ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat, karena pendidikan sangat penting. Program wajib belajar 12
tahun sudah selayaknya diterapkan di semua daerah di Indonesia, berdasarkan
kebijakan otonomi daerah masing-masing. Namun dalam pelaksanaannya tentu
memiliki banyak tantangan di antaranya adalah tidak didukung oleh sumber daya
yang memadai, baik baik itu sumber daya dana (uang) maupun sumber daya manusia
(kualitas dan kuantitas tenaga pendidik).
Oleh karena itu agar pelaksanaan wajib belajar 12 tahun bisa berjalan
dengan baik, maka perlu mendapat perhatian atau dukungan dari pemerintah daerah
dalam menyediakan sumber daya yang memadai. Selain itu, peningkatan ekonomi
masyarakat perlu ditingkatkan agar bisa
membiayai pendidikan anak sehingga anak tidak dilibatkan untuk bekerja membantu
orang tua yang dapat menyebabkan anak harus putus sekolah. Demikian pula harus
ada persediaan sarana dan prasarana (termasuk pembangunan infrastruktur dan
transportasi) yang memudahkan anak untuk ke sekolah. Serta perlu ada peningkatan
pelayanan pendidikan dengan cara menyediakan tenaga pendidik dengan kualitas
dan kuantitas yang memadai. Tidak luput
pula, semuanya ini harus didukung oleh adanya motivasi dari orang tua,
masyarakat maupun pribadi dari siswa sendiri.
2. Variabel II (Lingkungan kebijakan)
Pemerintah sebagai
aktor utama yang terlibat dalam pembuat kebijakan hendaknya diimbangi pula
dengan strategi yang tepat dalam mensukseskan program. Pemerintah harus bisa
bersinergi dengan semua aspek kehidupan sehingga program pendidikan bisa
berjalan dengan lancar dan sukses. Program apapun, termasuk program wajib
belajar tidak bisa diboncengi oleh kepentingan politik tertentu yang hanya bisa
menguntungkan golongan tertentu, tetapi hendaknya sunguh-sunguh demi kepentingangan
rakyat. Demikian pula kepatuhan masyarakat sebagai kelompok sasar perlu
diperhatikan. Sekalipun pemerintah telah berjuang semaksimal mungkin, tetapi
jika tidak diimbangi dengan dukungan dari masyarakat, orang tua dan siswa
(anak), maka program ini tidak akan bisa berhasil. Semua komponen ini harus
ikut berpartisipasi sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing. Masyarakat
perlu menyadari akan pentingnya pendidikan, khususnya dalam menyongsong
generasi emas, dan berhadapan dengan dunia yang penuh persaingan dan zaman yang
kian berkembang ini. Demikian pula pemerintah harus bisa memberi perhatian
serius tentang pendidikan.
No comments:
Post a Comment