Henderikus
Dasrimin
Universitas Negeri Malang
Email: dasrimino.carm@gmail.com
Abstract:
The orientation of the new teacher is one
of the much needed stages before a teacher devotes himself as an educator in an
educational institution. The goal is for a new teacher to adjust to the work
climate and school culture so that he can perform his work as a professional
teacher. But in practice there are still many schools that have many problems
in orientation activities. The purpose of writing this article is to contribute
the right solution in handling the problem. The method used in this research is
the method of interview and documentation analysis. The results of the
discussion show that there is a need to optimize the orientation of new
teachers through the beginner teacher induction program.
Keywords: orientation,
new teacher, novice teacher induction.
Abstrak:
Orientasi
guru baru merupakan salah satu tahap yang sangat dibutuhkan sebelum seorang
guru mengabdikan dirinya sebagai pendidik dalam sebuah lembaga pendidikan.
Tujuannya adalah agar seorang guru baru bisa menyesuaikan diri dengan iklim
kerja dan budaya sekolah sehingga ia dapat melaksanakan pekerjaannya sebagai
guru yang profesional. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak sekolah yang
memiliki banyak permasalahan dalam kegiatan orientasi. Tujuan dari penulisan
artikel ini adalah ingin menyumbangkan
solusi yang tepat dalam menangani masalah tersebut. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan analisis
dokumentasi. Hasil pembahasan memperlihatkan bahwa perlu
adanya optimalisasi orientasi guru baru melalui program induksi guru pemula.
Kata Kunci: orientasi, guru baru, induksi guru
pemula.
Permasalahan
Manajemen sumber daya manusia
adalah kebijakan dan proses penggunaan sumber daya manusia yang kompeten
meliputi rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengimbalan dan penilaian (Dessler,
1997: 2). Sehubungan
dengan manajemen sumber daya manusia pendidikan di Indonesia, disebutkan
dalam Lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa
program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan disusun dengan
memperhatikan Standar Pendidikan dan
|
Tenaga
Kependidikan, dan dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah,
termasuk pembagian tugas, mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan
sistem penghargaan dan pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan
tenaga kependidikan, serta menerapkannya secara profesional, adil dan
terbuka (Sonhadji & Huda: 2014, 17-18).
Castetter
(2006) mengemukakan bahwa fungsi-fungsi yang lebih spesifik dari manajemen
sumber daya manusia, meliputi: perencanaan sumber daya manusia, penerimaan personel baru, penyaringan, orientasi dalam rangka membantu personel menyesuaikan diri secara efektif terhadap tugas baru, penilaian,
pengembangan dan kompensasi, sehingga dengan upaya-upaya tersebut diharapkan
dapat menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang produktif. Dengan demikian manajemen sumber
daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang diperlukan untuk pembelajaran yang efektif
(Seyfarth: 1996, 3).
|
Dalam
tulisan ini akan difokuskan pada bagian pelaksanaan orientasi guru baru. Penempatan,
penugasan dan orientasi adalah tindak lanjut dari seleksi, yaitu menempatkan
calon pendidik dan tenaga kependidikan yang diterima (lulus seleksi) pada
jabatan/pekerjaan yang membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan authority
kepada orang tersebut. Penempatan berhubungan dengan upaya untuk menjamin
bahwa kebutuhan-kebutuhan jabatan dan karakteristik organisasi sangat cocok
dengan ketrampilan-ketrampilan, pengetahuan, kemampuan dan preferensi, minat
dan kepribadian yang dimiliki oleh calon pegawai (Burhanuddin: 2002). Sedangkan
Ardana, Mujiat dan Utama (2012:82) dalam Kawet (2016) menyatakan bahwa penempatan adalah suatu proses pemberian
tugas dan pekerjaan yang lulus dalam seleksi untuk dilaksanakan secara continue
dan wewenang serta tanggung jawab yang melekat sebesar porsi dan komposisi
yang di tetapkan serta mampu mempertanggungjawabkan segala risiko yang mungkin
terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab tersebut.
Setelah penempatan, sebelum seseorang
melaksanakan tugasnya, ia harus menjalani masa orientasi. Tujuan orientasi adalah untuk membantu guru baru agar bisa menyesuaikan
diri dengan baik di tempat kerja. Orientasi memungkinkan seorang guru baru
untuk bisa akrab dengan lingkungan sekolah dan mendapatkan rasa memiliki yang merupakan
bibit dari komitmen terhadap sekolah (Mudassir, 2016).
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
penugasan dan kegiatan orientasi masih menuai banyak persoalan sehingga belum
mencapai tujuan yang maksial. Dalam artikel ini, penulis memberikan salah satu
contoh masalah kegiatan orientasi guru baru yang belum optimal berdasarkan
penelitian penulis di SMAK St. Albertus Malang. Adapun
teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan: 1). Wawancara, yaitu
kegiatan untuk menggali informasi melalui sumber personal (informan) mengenai
Manajemen Sumber Daya Manusia yakni tentang pendidik dan tenaga kependidikan di
SMAK St. Albertus Malang. Informan yang diwawancarai adalah Kepala Bagian
(Kabag) Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) SMAK St. Albertus Malang. 2).
Studi Dokumentasi, yaitu kegiatan untuk meneliti dan mengambil informasi
penting yang dibutuhkan berdasarkan dokumen-dokumen dan data yang ada di SMAK
St. Albertus Malang. Dokumen dan data yang diambil disesuaikan dengan fokus dan
tujuan penelitian yang dilakukan.
Dari data yang diperoleh menunjukkan
bahwa setiap tahunnya SMAK St. Albertus Malang menerima guru baru. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
1. Daftar Guru baru SMAK St. Albertus Tahun 2015-2017
|
N A M A
|
L/P
|
TAHUN
MASUK |
STATUS
|
IJAZAH
|
MATA
|
|
|
PELAJARAN
|
||||||
1.
|
Mariana Poana Rumatita Danny
|
P
|
2017
|
GTT
|
S1
|
Bimbingan dan Konseling
|
|
2.
|
Margarette Narlita Isoya
|
P
|
2017
|
GTT
|
S1
|
Bahasa Inggris
|
|
3.
|
Yuny Damayanti
|
P
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Biologi
|
|
4.
|
Pelik Gobriel
|
L
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Fisika
|
|
5.
|
Yovi Ardivitiyanto
|
L
|
2015
|
GTT
|
S1
|
Sejarah
|
|
6.
|
Ardi Wina Saputra
|
L
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Bahasa dan Sastra
Indonesia
|
|
7.
|
Rosalia Putri Widya Anggraheni
|
P
|
2015
|
GTT
|
S1
|
Ekonomi
|
|
8.
|
Dewi Indah Lestari
|
P
|
2015
|
GTT
|
S1
|
Kimia
|
|
9.
|
Sirilus Christianto
|
L
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Ekonomi
|
|
10.
|
Yosi Founisce Putri
|
P
|
2015
|
GTT
|
S1
|
Bahasa Inggris
|
|
11.
|
Khatarina Aprilia Susilomurti
|
P
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Biologi
|
|
12.
|
Bagus Adhi Nugroho
|
L
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Bahasa dan Sastra Indonesia
|
|
13.
|
Wahyu Setyawan
|
L
|
2017
|
GTT
|
S1
|
TIK
|
|
14.
|
Artiyas Risma Ludita
|
P
|
2017
|
GTT
|
S1
|
Bahasa Inggris
|
|
15.
|
Magdalena Yuli Purwati
|
P
|
2017
|
GTT
|
S1
|
Sejarah
|
|
16.
|
Aribka Cristiany
|
P
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Fisika
|
|
17.
|
Bernardus Purnawan
|
L
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Ekonomi
|
|
18.
|
Rosevita Melati
|
P
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Matematika
|
|
19.
|
Gabriella Yovi Pratama Putri
|
P
|
2017
|
GTT
|
S1
|
Kimia
|
|
20.
|
Monica Muliawati Ganda
|
P
|
2016
|
HR
|
S1
|
Bahasa Mandarin
|
|
21.
|
Ignatius Damar Putra
|
L
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Agama
|
|
22.
|
Daniel Suwenta Pinem
|
L
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Agama
|
|
23.
|
Elfrieda Yapita Rethmy Prihatini
|
P
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Matematika
|
|
24.
|
Yosua Kurnia Ariska Putra
|
L
|
2015
|
HR
|
S1
|
Bahasa Perancis
|
|
25.
|
Dany Indrawan Pratama
|
L
|
2016
|
HR
|
S1
|
Ansambel
|
|
26.
|
Mutiara Via Dolorosa
|
P
|
2016
|
GTT
|
S2
|
Bahasa Inggris
|
|
27.
|
Kresentia Peppy Rahayu
|
P
|
2016
|
GTT
|
S1
|
Matematika
|
|
28.
|
Maria Nanci Natalia C.
|
P
|
2017
|
HR
|
SMA
|
Teater
|
|
29.
|
Rm. Ignatius Abadi, O.Carm.
|
L
|
2015
|
GT
|
S2
|
Kepala PSDM
|
|
30.
|
Gogot Satriyo
|
L
|
2015
|
HR
|
S2
|
Bahasa Jerman
|
|
31.
|
Clara Reny Puspitasari
|
P
|
2015
|
GTT
|
S1
|
BK
|
|
32.
|
Apriliani Iswati
|
P
|
2016
|
HR
|
S1
|
Seni Tari
|
|
33.
|
Indra Bayu Winata
|
L
|
2017
|
GTT
|
S1
|
PPKN
|
|
34.
|
Anugrah Arum Krisawimbi
|
P
|
2017
|
GTT
|
S1
|
Ekonomi
|
|
35.
|
Christin Widyaningsih
|
P
|
2017
|
GTT
|
S1
|
Biologi
|
Pengertian kita tentang guru baru perlu
dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni: Guru pemula (selanjutnya disingkat
GP) yaitu guru yang baru pertama kali ditugaskan melaksanakan proses
pembelajaran/ bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat (Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan: 2016). Sedangkan kategori kedua adalah
guru baru yang akan mengajar di sekolah tersebut tetapi sudah pernah memiliki pengalaman
mengajar di sekolah lain, (selanjutnya disingkat GM).
Dalam penelitain ini ditemukan bahwa setiap
tahunnya SMAK St. Albertus Malang mengadakan orientasi untuk guru baru. Namun
hipotesisnya adalah pelaksanaan orientasi guru baru di SMAK St. Albertus Malang
kurang efektif. Yang dimaksudkan dengan kurang efektifnya kegiatan orientasi
ini adalah penyajian materi yang kurang relevan dan metode yang kurang menarik
sehingga dari hasil evaluasi ditemukan bahwa kegiatan tersebut kurang efektif. Hal
ini dapat terjadi karena dalam pelaksanaanya kedua kategori guru baru (GP dan
GM) digabungkan, tanpa ada orientasi khusus untuk kedua kategori ini.
Dari latar belakang masalah ini, penulis
ingin menganalisis faktor penyebab kurang efektifnya kegiatan orientasi dan
bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan itu diharapkan agar
kegiatan orientasi dapat berlangsung secara efektif untuk mencapai tujuan yang
maksimal.
Analisis Masalah:
Telah dikemukakan di atas bahwa
masalah yang ditemukan adalah kurang efektifnya pelaksanaan orientasi guru baru
di SMAK St. Albertus Malang. Untuk menganalisis masalah ini, penulis
menggunakan metode analisis pohon masalah yang dikombinasikan dengan metode Five
Why’s.
Pohon masalah adalah salah satu langkah pemecahan masalah
dengan mencari sebab dari suatu akibat. Sebagai suatu alat atau teknik dalam
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, analisis pohon masalah mempunyai
banyak kegunaan. Alat analisis ini membantu untuk mengilustrasikan korelasi
antara masalah, penyebab masalah, dan akibat dari masalah dalam suatu hierarki
factor-faktor yang berhubungan. Analisis ini digunakan untuk menghubungkan
berbagai isu atau factor yang berkontribusi pada masalah organisasi dan
membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab dari masalah organisasi tersebut
(Asmoko, 2014).
Sedangkan metode Five
Why’s merupakan proses sederhana yang digunakan untuk
mencari penyebab dari sebuah masalah dengan menanyakan: ”Mengapa?” sebanyak
lima kali secara berturutan sampai diperoleh akar masalah atau faktor penyebab
yang terdalam. Teknik ini dikembangkan oleh Sakichi Toyoda, salah satu
pendiri Toyota pada tahun 1930-an, yang merupakan teknik sederhana dan
praktis namun sangat efektif untuk mengungkap akar dari suatu permasalahan,
sehingga dapat menemukan solusi yang dapat benar-benar menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi (Ohno, 2006).
Berdasarkan kedua teknik analisis masalah di atas,
maka ditemukan beberapa masalah sebagai berikut:
Analisis A:
1. Orientasi
guru kurang efektif karena dalam kegiatan orientasi, guru pemula dan guru
mutasi digabung.
2. Guru
pemula dan guru mutasi digabung karena kurangnya waktu, tenaga dan dana.
3. Kurangnya
waktu, tenaga dan dana karena kegiatan tersebut tidak terprogramkan.
4. Kegiatan
tersebut tidak terprogramkan karena kurangnya fungsi Kabag PSDM.
5. Kurangnya
terlaksananya fungsi Kabag PSDM sebagai pelaksana tugas pengembangan SDM karena
kurangnya fungsi kontrol dari Kepala sekolah.
Analisi B:
1. Orientasi
guru kurang efektif karena semua peserta belum menguasai materi.
2. Semua
peserta belum menguasai materi karena materi terlalu umum.
3. Materi
terlalu umum karena tidak ada pengkategorian bahan untuk guru pemula dan guru
mutasi.
4. Tidak ada
pengkategorian bahan untuk guru pemula dan guru mutasi karena belum ditemukan
program yang khusus untuk guru pemula.
1. Orientasi
guru kurang efektif karena proses orientasi kurang menarik.
2. Proses
orientasi kurang menarik karena pemaparan materi kurang menarik.
3. Pemaparan
materi kurang menarik karena metodenya monoton.
4. Metodenya
monoton karena hanya menggunakan ceramah.
5. Hanya
menggunakan ceramah karena pemateri kurang kreatif.
Dari analis masalah tersebut dapat
dibagi menjadi tiga golongan masalah (A, B, dan C). Analisis ini dapat
digambarkan dengan diagram sebagai berikut:
Gbr. Diagram analisis masalah
Alternatif Solusi:
Berdasarkan analisis masalah di atas, ditemukan ada
tiga golongan masalah (A, B dan C). Dari ketiga golongan masalah tersebut,
peneliti secara khusus ingin fokus pada analisis masalah golongan B. Dari
analisis tersebut ditemukan bahwa akar persoalan yang bisa menyebabkan kurang efektifnya
kegiatan orientasi guru baru disebabkan karena belum ditemukannya program
orientasi yang khusus untuk guru pemula. Maka
alternatif solusi yang dianjurkan adalah:
1).
Guru pemula dianjurkan untuk bisa belajar mandiri dengan bertanya kepada
rekan-rekan guru lainnya.
2).
Guru pemula bisa belajar dari internet.
3).
Mengadakan Program Induksi Guru Pemula (PIGP).
Solusi Terbaik
Sebelum
memilih solusi yang terbaik, perlu diadakan analisis kekurangan dan kelebihan di
antara ketiganya. Analis tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
|
Tabel
2. Analisis alternatif solusi
Berdasarkan
analis alternatif solusi dengan mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan
masing-masing alternatif solusi maka dapat disimpulkan bahwa solusi yang
terbaik orientasi guru baru lebih efektif adalah dengan mengadakan Program
Induksi Guru Pemula (PIGP).
Program Induksi Guru Pemula (PIGP)
Pengertian dan Tujuan
Menurut
Michael Armstrong (2006), induksi adalah proses menerima dan menyambut karyawan
saat mereka pertama kali bergabung dengan sebuah perusahaan untuk memberi
mereka informasi dasar yang mereka butuhkan agar bisa dengan menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat mereka bekerja. Menurutnya, induksi memiliki beberapa
tujuan, yaitu: 1) membuat karyawan baru merasa nyaman; 2) segera membangun
komunikasi yang baik; 3) mendapatkan hasil yang efektif dari karyawan baru
dalam waktu sesingkat-singkatnya; 4) memberikan informasi dasar tentang
pengaturan kerja; 5) untuk mensosialisasikan standar kinerja dan perilaku yang
diharapkan; 6) mengurangi kemungkinan karyawan mengundurkan diri.
PIGP
adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat kerja, pengembangan, dan praktik
pemecahan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran/bimbingan dan
konseling bagi guru pemula pada sekolah di tempat tugasnya. Tujuan dari program
ini adalah membimbing guru pemula agar dapat beradaptasi dengan iklim kerja dan
budaya sekolah; dan melaksanakan pekerjaannya sebagai guru profesional di
sekolah (Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan: 2016).
Program
induksi dilaksanakan di sekolah tempat guru pemula bertugas selama satu tahun
dan dapat diperpanjang paling lama satu tahun. Selama berlangsungnya program
induksi, pembimbing, kepala sekolah, dan pengawas wajib membimbing guru pemula
agar menjadi guru profesional.
Secara
khusus, tujuan Program Induksi Guru Pemula di SMAK St. Albertus Malang diharapkan
antara lain dapat:
1. Membimbing guru pemula agar
dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
2. Meningkatkan profesionalitas
guru pemula di SMAK St. Albertus Malang.
2. Meningkatkan kinerja guru di
SMAK St. Albertus Malang.
3. Meningkatkan prestasi belajar
siswa di SMAK St. Albertus Malang.
4. Mempercepat proses
pengembangan sekolah yang disebabkan oleh terjadinya akumulasi potensi yang
dimiliki sekolah.
Mekanisme dan Rancangan
Program Induksi
Guru Pemula dapat dijabarkan dalam
bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1. Perencanaan
dan Orientasi (pengenalan sekolah dan lingkungan)
2. Pelaksanaan
yang meliputi: (a). Monitoring (b). Pembinaan (c). Penilaian dan (d). Perbaikan dan pengayaan
3. Evaluasi
4. Program
tindak lanjut
5. Pelaporan dan
Program Tindak Lanjut
Sumber
Daya yang Dibutuhkan
Untuk
melaksanakan kegiatan pengembangan Program Induksi Guru Pemula (PIGP) secara
efektif dibutuhkan dana yang memadai. Kegitan tersebut teridiri dari empat
tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan dan program tindak
lanjut. Dana yang diperlukan untuk kegiatan ini diperkirakan sebesar Rp.
37.000.000. Berdasarkan anggaran rumah tangga, keseluruhan dana untuk kegiatan
ini berasal dari uang yayasan. Secara rinci disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Rancangan anggaran
Jadwal
Pelaksanaan
Berdasarkan
Permendiknas Induksi Guru Pemula No. 27 tahun 2010, program induksi
dilaksanakan di satuan pendidikan (sekolah) tempat guru pemula bertugas
selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun.
Semester I
|
Semester II:
Indikator
Kerja
|
Keberlanjutan
Penyelenggaraan
peningkatan profesional pendidik dan tenaga kependidikan melalui Program
Induksi Guru Pemula (PIGP) akan selalu mendapatkan perhatian dari sekolah dan
yayasan. Hal ini perlu mendapat perhatian karena setiap tahunnya sekolah selalu
memiliki banyak guru baru.
Penanggung
Jawab
Penanggung jawab
utama adalah kepala sekolah, sedangkan pelaksanaan di lapangan dikoordinir oleh
Kabag PSDM bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait.
Kesimpulan dan Saran:
Orientasi sangat dibutuhkan sebelum
seorang guru menjalankan tugasnya di sebuah lembaga pendidikan. Guru baru
terdiri dari dua kategori yakni guru pemula dan guru yang baru mengajar di
suatu sekolah, tetapi sudah pernah berpengalaman dalam bemenjadi guru di tempat
lain.
Agar kegiatan orientasi ini bisa efektif,
maka disarankan agar secara umum (misalnya pengenalan lingkungan sekolah, dll)
kedua kategori guru baru ini bisa digabungkan, namun seorang guru pemula perlu
mendapat pendampingan atau orientasi yang khusus. Hal ini dapat dilakukan
dengan menjalankan Program Induksi Guru Pemula (PIGP). Dengan demikian kegiatan
orientasi dapat mencapai hasil yang efekti.
Daftar Rujukan:
Armstrong, Michael. 2006. A Handbook
of Human
Resource Management Practice. London and Philadelphia: Kogan Page.
Asmoko, Hindri. 2014. Memahami
Analisis Pohon
Masalah. Magelang:
Pusdiklat Pengembangan SDM.
Burhanuddin.
2003. Manajemen
Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Castetter. 2006. The Human Resource
Function in Education Administrasion. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Dessler,
Gary. 1997. Human Resource
Management. New Jersey:
Upper Saddle River.
Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga
Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. Modul
Kepala Sekolah Pembelajar
Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Kawet.,
R. L. Montolalu., & Olivia
Nelwan. 2016.
Pengaruh Kepribadian, Orientasi Kerja
Dan Penempatan Pegawai
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwsata Provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal
EMBA 1323. Vol.4 No.1 Maret 2016,
Hal. 1318-1329.
Mudassir, 2016. Pengembangan Sumber
Daya Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kabupaten
Bireun. Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 16, No. 2, 255-272.
Corporation.
Dari: http://www.tpyota-global.com/company/toyota_traditions/quality/mar_apc_2006.html.
Serrat,
Olivier. 2009. The Five Whys
Technique. International Publications. Cornell
University ILR School. Dari: http://digitalcommons.ilr.cornell.edu/intl .
Seyfarth,
John T. 1996. Human Resources
Management For
Effective School.
Virginia Commonwealth University: Allyn and Bacon.
|
No comments:
Post a Comment