EFEKTIVITAS ORIENTASI GURU BARU - Dasriminocarm

Dasriminocarm

BLOG INI BERISI TULISAN YANG BERKAITAN DENGAN TEMA PENDIDIKAN. TULISAN DISAJIKAN DALAM BENTUK ARTIKEL, MAKALAH, REVIEW, RESUME DAN SEJENISNYA

Breaking

SELAMAT DATANG DI DASRIMINOCARM CHANEL

Selamat Datang Di Dasriminocarm Chanel

5 Postingan Paling Populer Dibaca

Ketik kata kunci di sini

Monday, May 21, 2018

EFEKTIVITAS ORIENTASI GURU BARU



 Henderikus Dasrimin
Universitas Negeri Malang

 
Abstract:
The orientation of the new teacher is one of the much needed stages before a teacher devotes himself as an educator in an educational institution. The goal is for a new teacher to adjust to the work climate and school culture so that he can perform his work as a professional teacher. But in practice there are still many schools that have many problems in orientation activities. The purpose of writing this article is to contribute the right solution in handling the problem. The method used in this research is the method of interview and documentation analysis. The results of the discussion show that there is a need to optimize the orientation of new teachers through the beginner teacher induction program.

Keywords: orientation, new teacher, novice teacher induction.

Abstrak:
Orientasi guru baru merupakan salah satu tahap yang sangat dibutuhkan sebelum seorang guru mengabdikan dirinya sebagai pendidik dalam sebuah lembaga pendidikan. Tujuannya adalah agar seorang guru baru bisa menyesuaikan diri dengan iklim kerja dan budaya sekolah sehingga ia dapat melaksanakan pekerjaannya sebagai guru yang profesional. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak sekolah yang memiliki banyak permasalahan dalam kegiatan orientasi. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah ingin menyumbangkan  solusi yang tepat dalam menangani masalah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan analisis dokumentasi. Hasil pembahasan memperlihatkan bahwa perlu adanya optimalisasi orientasi guru baru melalui program induksi guru pemula. 
 

Kata Kunci: orientasi, guru baru, induksi guru pemula.
 
 
Permasalahan
Manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan proses penggunaan sumber daya manusia yang kompeten meliputi rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengimbalan dan penilaian (Dessler, 1997: 2). Sehubungan dengan manajemen sumber daya manusia pendidikan di Indonesia, disebutkan dalam Lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan disusun dengan memperhatikan Standar Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, dan dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, termasuk pembagian tugas, mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan sistem penghargaan dan pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan, serta menerapkannya secara profesional, adil dan terbuka (Sonhadji & Huda: 2014, 17-18).
Castetter (2006) mengemukakan bahwa fungsi-fungsi yang lebih spesifik dari manajemen sumber daya manusia, meliputi: perencanaan sumber daya manusia, penerimaan personel baru, penyaringan, orientasi dalam rangka membantu personel menyesuaikan diri secara efektif terhadap tugas baru, penilaian, pengembangan dan kompensasi, sehingga dengan upaya-upaya tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang produktif. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi yang diperlukan untuk pembelajaran yang efektif (Seyfarth: 1996, 3).
Dalam tulisan ini akan difokuskan pada bagian pelaksanaan orientasi guru baru. Penempatan, penugasan dan orientasi adalah tindak lanjut dari seleksi, yaitu menempatkan calon pendidik dan tenaga kependidikan yang diterima (lulus seleksi) pada jabatan/pekerjaan yang membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut. Penempatan berhubungan dengan upaya untuk menjamin bahwa kebutuhan-kebutuhan jabatan dan karakteristik organisasi sangat cocok dengan ketrampilan-ketrampilan, pengetahuan, kemampuan dan preferensi, minat dan kepribadian yang dimiliki oleh calon pegawai (Burhanuddin: 2002). Sedangkan Ardana, Mujiat dan Utama (2012:82) dalam Kawet (2016) menyatakan bahwa penempatan adalah suatu proses pemberian tugas dan pekerjaan yang lulus dalam seleksi untuk dilaksanakan secara continue dan wewenang serta tanggung jawab yang melekat sebesar porsi dan komposisi yang di tetapkan serta mampu mempertanggungjawabkan segala risiko yang mungkin terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab tersebut.
Setelah penempatan, sebelum seseorang melaksanakan tugasnya, ia harus menjalani masa orientasi. Tujuan orientasi adalah untuk membantu guru baru agar bisa menyesuaikan diri dengan baik di tempat kerja. Orientasi memungkinkan seorang guru baru untuk bisa akrab dengan lingkungan sekolah dan mendapatkan rasa memiliki yang merupakan bibit dari komitmen terhadap sekolah (Mudassir, 2016).
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penugasan dan kegiatan orientasi masih menuai banyak persoalan sehingga belum mencapai tujuan yang maksial. Dalam artikel ini, penulis memberikan salah satu contoh masalah kegiatan orientasi guru baru yang belum optimal berdasarkan penelitian penulis di SMAK St. Albertus Malang. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan: 1). Wawancara, yaitu kegiatan untuk menggali informasi melalui sumber personal (informan) mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia yakni tentang pendidik dan tenaga kependidikan di SMAK St. Albertus Malang. Informan yang diwawancarai adalah Kepala Bagian (Kabag) Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) SMAK St. Albertus Malang. 2). Studi Dokumentasi, yaitu kegiatan untuk meneliti dan mengambil informasi penting yang dibutuhkan berdasarkan dokumen-dokumen dan data yang ada di SMAK St. Albertus Malang. Dokumen dan data yang diambil disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian yang dilakukan.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap tahunnya SMAK St. Albertus Malang menerima guru baru. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

 Tabel 1. Daftar Guru baru SMAK St. Albertus Tahun 2015-2017


NO.
N A M A
L/P
TAHUN
MASUK
STATUS
IJAZAH
MATA

PELAJARAN
1.        
Mariana Poana Rumatita Danny
P
2017
GTT
S1
Bimbingan dan Konseling
2.        
Margarette Narlita Isoya
P
2017
GTT
S1
Bahasa Inggris
3.        
Yuny Damayanti
P
2016
GTT
S1
Biologi
4.        
Pelik Gobriel
L
2016
GTT
S1
Fisika
5.        
Yovi Ardivitiyanto
L
2015
GTT
S1
Sejarah
6.        
Ardi Wina Saputra
L
2016
GTT
S1
Bahasa dan Sastra Indonesia 
7.        
Rosalia Putri Widya Anggraheni
P
2015
GTT
S1
Ekonomi
8.        
Dewi Indah Lestari
P
2015
GTT
S1
Kimia
9.        
Sirilus Christianto
L
2016
GTT
S1
Ekonomi
10.     
Yosi Founisce Putri
P
2015
GTT
S1
Bahasa Inggris
11.     
Khatarina Aprilia Susilomurti
P
2016
GTT
S1
Biologi
12.     
Bagus Adhi Nugroho
L
2016
GTT
S1
Bahasa dan Sastra Indonesia
13.     
Wahyu Setyawan
L
2017
GTT
S1
TIK
14.     
Artiyas Risma Ludita
P
2017
GTT
S1
Bahasa Inggris
15.     
Magdalena Yuli Purwati
P
2017
GTT
S1
Sejarah
16.     
Aribka Cristiany
P
2016
GTT
S1
Fisika
17.     
Bernardus Purnawan
L
2016
GTT
S1
Ekonomi
18.     
Rosevita Melati
P
2016
GTT
S1
Matematika
19.     
Gabriella Yovi Pratama Putri
P
2017
GTT
S1
Kimia
20.     
Monica Muliawati Ganda
P
2016
HR
S1
Bahasa Mandarin
21.     
Ignatius Damar Putra
L
2016
GTT
S1
Agama
22.     
Daniel Suwenta Pinem
L
2016
GTT
S1
Agama
23.     
Elfrieda Yapita Rethmy Prihatini
P
2016
GTT
S1
Matematika
24.     
Yosua Kurnia Ariska Putra
L
2015
HR
S1
Bahasa Perancis
25.     
Dany Indrawan Pratama
L
2016
HR
S1
Ansambel
26.     
Mutiara Via Dolorosa
P
2016
GTT
S2
Bahasa Inggris
27.     
Kresentia Peppy Rahayu
P
2016
GTT
S1
Matematika
28.     
Maria Nanci Natalia C.
P
2017
HR
SMA
Teater
29.     
Rm. Ignatius Abadi, O.Carm.
L
2015
GT
S2
Kepala PSDM
30.     
Gogot Satriyo
L
2015
HR
S2
Bahasa Jerman
31.     
Clara Reny Puspitasari
P
2015
GTT
S1
BK
32.     
Apriliani Iswati
P
2016
HR
S1
Seni Tari
33.     
Indra Bayu Winata
L
2017
GTT
S1
PPKN
34.     
Anugrah Arum Krisawimbi
P
2017
GTT
S1
Ekonomi
35.     
Christin Widyaningsih
P
2017
GTT
S1
Biologi


Pengertian kita tentang guru baru perlu dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni: Guru pemula (selanjutnya disingkat GP) yaitu guru yang baru pertama kali ditugaskan melaksanakan proses pembelajaran/ bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan: 2016). Sedangkan kategori kedua adalah guru baru yang akan mengajar di sekolah tersebut tetapi sudah pernah memiliki pengalaman mengajar di sekolah lain, (selanjutnya disingkat GM).
 Dalam penelitain ini ditemukan bahwa setiap tahunnya SMAK St. Albertus Malang mengadakan orientasi untuk guru baru. Namun hipotesisnya adalah pelaksanaan orientasi guru baru di SMAK St. Albertus Malang kurang efektif. Yang dimaksudkan dengan kurang efektifnya kegiatan orientasi ini adalah penyajian materi yang kurang relevan dan metode yang kurang menarik sehingga dari hasil evaluasi ditemukan bahwa kegiatan tersebut kurang efektif. Hal ini dapat terjadi karena dalam pelaksanaanya kedua kategori guru baru (GP dan GM) digabungkan, tanpa ada orientasi khusus untuk kedua kategori ini.
Dari latar belakang masalah ini, penulis ingin menganalisis faktor penyebab kurang efektifnya kegiatan orientasi dan bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan itu diharapkan agar kegiatan orientasi dapat berlangsung secara efektif untuk mencapai tujuan yang maksimal.

Analisis Masalah:
            Telah dikemukakan di atas bahwa masalah yang ditemukan adalah kurang efektifnya pelaksanaan orientasi guru baru di SMAK St. Albertus Malang. Untuk menganalisis masalah ini, penulis menggunakan metode analisis pohon masalah yang dikombinasikan dengan metode Five Why’s.
Pohon masalah adalah salah satu langkah pemecahan masalah dengan mencari sebab dari suatu akibat. Sebagai suatu alat atau teknik dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah, analisis pohon masalah mempunyai banyak kegunaan. Alat analisis ini membantu untuk mengilustrasikan korelasi antara masalah, penyebab masalah, dan akibat dari masalah dalam suatu hierarki factor-faktor yang berhubungan. Analisis ini digunakan untuk menghubungkan berbagai isu atau factor yang berkontribusi pada masalah organisasi dan membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab dari masalah organisasi tersebut (Asmoko, 2014).
Sedangkan metode Five Why’s merupakan proses sederhana yang digunakan untuk mencari penyebab dari sebuah masalah dengan menanyakan: ”Mengapa?” sebanyak lima kali secara berturutan sampai diperoleh akar masalah atau faktor penyebab yang terdalam.  Teknik ini dikembangkan oleh Sakichi Toyoda, salah satu pendiri Toyota  pada tahun 1930-an, yang merupakan teknik sederhana dan praktis namun sangat efektif untuk mengungkap akar dari suatu permasalahan, sehingga dapat menemukan solusi yang dapat benar-benar menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (Ohno, 2006).
Berdasarkan kedua teknik analisis masalah di atas, maka ditemukan beberapa masalah sebagai berikut:

Analisis A:
1. Orientasi guru kurang efektif karena dalam kegiatan orientasi, guru pemula dan guru mutasi digabung.
2. Guru pemula dan guru mutasi digabung karena kurangnya waktu, tenaga dan dana.
3. Kurangnya waktu, tenaga dan dana karena kegiatan tersebut tidak terprogramkan.
4. Kegiatan tersebut tidak terprogramkan karena kurangnya fungsi Kabag PSDM.
5. Kurangnya terlaksananya fungsi Kabag PSDM sebagai pelaksana tugas pengembangan SDM karena kurangnya fungsi kontrol dari Kepala sekolah.

Analisi B:
1. Orientasi guru kurang efektif karena semua peserta belum menguasai materi.
2. Semua peserta belum menguasai materi karena materi terlalu umum.
3. Materi terlalu umum karena tidak ada pengkategorian bahan untuk guru pemula dan guru mutasi.
4. Tidak ada pengkategorian bahan untuk guru pemula dan guru mutasi karena belum ditemukan program yang khusus untuk guru pemula.



Analis C:
1. Orientasi guru kurang efektif karena proses orientasi kurang menarik.
2. Proses orientasi kurang menarik karena pemaparan materi kurang menarik.
3. Pemaparan materi kurang menarik karena metodenya monoton.
4. Metodenya monoton karena hanya menggunakan ceramah.
5. Hanya menggunakan ceramah karena pemateri kurang kreatif.

            Dari analis masalah tersebut dapat dibagi menjadi tiga golongan masalah (A, B, dan C). Analisis ini dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut:



Gbr. Diagram analisis masalah             
          
Alternatif Solusi:

Berdasarkan analisis masalah di atas, ditemukan ada tiga golongan masalah (A, B dan C). Dari ketiga golongan masalah tersebut, peneliti secara khusus ingin fokus pada analisis masalah golongan B. Dari analisis tersebut ditemukan bahwa akar persoalan yang bisa menyebabkan kurang efektifnya kegiatan orientasi guru baru disebabkan karena belum ditemukannya program orientasi yang khusus untuk guru pemula. Maka alternatif solusi yang dianjurkan adalah:
1). Guru pemula dianjurkan untuk bisa belajar mandiri dengan bertanya kepada rekan-rekan guru lainnya.
2). Guru pemula bisa belajar dari internet.
3). Mengadakan Program Induksi Guru Pemula (PIGP).

Solusi Terbaik
Sebelum memilih solusi yang terbaik, perlu diadakan analisis kekurangan dan kelebihan di antara ketiganya. Analis tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:


Guru belajar mandiri dengan bertanya kepada rekan guru
Guru belajar mandiri dengan belajar dari internet
Mengadakan Program Induksi Guru Pemula (PIGP)
Kekurangan
Kelebihan
Kekurangan
Kelebihan
Kekurangan
Kelebihan
1. Guru yang malas, tidak mau bertanya.
2. Malu untuk bertanya.
3. Belum terlalu mengenal guru lainnya yang lebih senior.
Tidak perlu biaya

1. Belum tentu sesuai dengan situasi sekolah.
2. Tidak ada praktek langsung.
3. Tergoda untuk coppy-paste (misalnya RPP).
4. Tidak mengetahui kesalahan yang dibuat karena tidak ada pendampingan
Mudah diakses
Membutuhkan dana, pendamping dan waktu yang cukup
1. Bisa mengetahui kesalahan yang dibuat karena ada pendamping/
pembimbing.
2. Melalui proses manajemen yang terstruktur dan jelas.
3. Mendapat pendampingan yang khusus sehingga hasilnya akan lebh maksimal
3
1
4
1
1
3

  Tabel 2. Analisis alternatif solusi
    
Berdasarkan analis alternatif solusi dengan mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan masing-masing alternatif solusi maka dapat disimpulkan bahwa solusi yang terbaik orientasi guru baru lebih efektif adalah dengan mengadakan Program Induksi Guru Pemula (PIGP).


Program Induksi Guru Pemula (PIGP)
Pengertian dan Tujuan
Menurut Michael Armstrong (2006), induksi adalah proses menerima dan menyambut karyawan saat mereka pertama kali bergabung dengan sebuah perusahaan untuk memberi mereka informasi dasar yang mereka butuhkan agar bisa dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka bekerja. Menurutnya, induksi memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) membuat karyawan baru merasa nyaman; 2) segera membangun komunikasi yang baik; 3) mendapatkan hasil yang efektif dari karyawan baru dalam waktu sesingkat-singkatnya; 4) memberikan informasi dasar tentang pengaturan kerja; 5) untuk mensosialisasikan standar kinerja dan perilaku yang diharapkan; 6) mengurangi kemungkinan karyawan mengundurkan diri.
PIGP adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat kerja, pengembangan, dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran/bimbingan dan konseling bagi guru pemula pada sekolah di tempat tugasnya. Tujuan dari program ini adalah membimbing guru pemula agar dapat beradaptasi dengan iklim kerja dan budaya sekolah; dan melaksanakan pekerjaannya sebagai guru profesional di sekolah (Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan: 2016).
Program induksi dilaksanakan di sekolah tempat guru pemula bertugas selama satu tahun dan dapat diperpanjang paling lama satu tahun. Selama berlangsungnya program induksi, pembimbing, kepala sekolah, dan pengawas wajib membimbing guru pemula agar menjadi guru profesional.  
Secara khusus, tujuan Program Induksi Guru Pemula di SMAK St. Albertus Malang diharapkan antara lain dapat:
1. Membimbing guru pemula agar dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
2. Meningkatkan profesionalitas guru pemula di SMAK St. Albertus Malang.
2. Meningkatkan kinerja guru di SMAK St. Albertus Malang.
3. Meningkatkan prestasi belajar siswa di SMAK St. Albertus Malang.
4. Mempercepat proses pengembangan sekolah yang disebabkan oleh terjadinya akumulasi potensi yang dimiliki sekolah.

Mekanisme dan Rancangan
            Program Induksi Guru Pemula  dapat dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai  berikut:
1. Perencanaan dan Orientasi (pengenalan sekolah dan lingkungan)
2. Pelaksanaan yang meliputi: (a). Monitoring (b). Pembinaan (c). Penilaian dan (d).  Perbaikan dan pengayaan
3. Evaluasi
4. Program tindak lanjut
5. Pelaporan dan Program Tindak Lanjut


Sumber Daya yang Dibutuhkan
            Untuk melaksanakan kegiatan pengembangan Program Induksi Guru Pemula (PIGP) secara efektif dibutuhkan dana yang memadai. Kegitan tersebut teridiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan dan program tindak lanjut. Dana yang diperlukan untuk kegiatan ini diperkirakan sebesar Rp. 37.000.000. Berdasarkan anggaran rumah tangga, keseluruhan dana untuk kegiatan ini berasal dari uang yayasan. Secara rinci disajikan dalam tabel berikut:


Tabel 3. Rancangan anggaran
 o.
Kegiatan
Dana yang dibutuhkan
1.
Perencanaan Pelaksanaan PIGP


Pembuatan modul
10.000.000

Total Item
10.000.000
2.
Pelaksanaan

a.
Honorarium pemateri kegiatan pembekalan
5.000.000
b.
Konsumsi peserta
1.000.000
c.
Honorarium guru Pembina
10.000.000

Total Item
16.000.000
3.
Evaluasi


Kegiatan evaluasi
5.000.000

Total Item
5.000.000
4.
Pelaporan dan Program Tindak Lanjut


Pembelian kertas, penjilidan bahan laporan, dll
5.000.000

Kegiatan pertemuan terakhir
1.000.000

Total Item
6.000.000

JUMLAH
37.000.000

Jadwal Pelaksanaan
Berdasarkan Permendiknas Induksi Guru Pemula No. 27 tahun 2010, program induksi dilaksanakan di satuan pendidikan (sekolah) tempat guru pemula bertugas selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun.

Semester I
No

Kegiatan
Bulan ke-1
Bulan Ke-2
Bulan Ke-3
Bulan ke-4
Bulan Ke-5
Bulan ke-6

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1.
Perencanaan Pelaksanaan PIGP
























2.
Pelaksanaan PIGP

























2.1 Monitoring

























2.1 Pembinaan

























2.3 Penilaian

























2.4 Perbaikan dan pengayaan
























3.
Evaluasi
























4.
Pelaporan dan Program Tindak Lanjut





















































Semester II:

No

Kegiatan
Bulan ke-7
Bulan Ke-8
Bulan Ke-9
Bulan ke-10
Bulan Ke-11
Bulan ke-12

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1.
Perencanaan Pelaksanaan PIGP
























2.
Pelaksanaan PIGP

























2.1 Monitoring

























2.1 Pembinaan

























2.3 Penilaian

























2.4 Perbaikan dan pengayaan
























3
Evaluasi
























4.
Pelaporan dan Program Tindak Lanjut





















































Indikator Kerja
Indikator
Baseline
Final
Target
Capaian
Target
Capaian
Perangkat pembelajaran yang disusun secara benar
8
7
8
9
Kemampuan guru pemula dalam pelaksanaan pembelajaran
8
5
8
9
Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
8
6
8
9

Keberlanjutan
                Penyelenggaraan peningkatan profesional pendidik dan tenaga kependidikan melalui Program Induksi Guru Pemula (PIGP) akan selalu mendapatkan perhatian dari sekolah dan yayasan. Hal ini perlu mendapat perhatian karena setiap tahunnya sekolah selalu memiliki banyak guru baru.

Penanggung Jawab
            Penanggung jawab utama adalah kepala sekolah, sedangkan pelaksanaan di lapangan dikoordinir oleh Kabag PSDM bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait.


Kesimpulan dan Saran:
            Orientasi sangat dibutuhkan sebelum seorang guru menjalankan tugasnya di sebuah lembaga pendidikan. Guru baru terdiri dari dua kategori yakni guru pemula dan guru yang baru mengajar di suatu sekolah, tetapi sudah pernah berpengalaman dalam bemenjadi guru di tempat lain.
Agar kegiatan orientasi ini bisa efektif, maka disarankan agar secara umum (misalnya pengenalan lingkungan sekolah, dll) kedua kategori guru baru ini bisa digabungkan, namun seorang guru pemula perlu mendapat pendampingan atau orientasi yang khusus. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalankan Program Induksi Guru Pemula (PIGP). Dengan demikian kegiatan orientasi dapat mencapai hasil yang efekti.


Daftar Rujukan:

Armstrong, Michael. 2006. A Handbook 
of Human Resource Management Practice. London and Philadelphia: Kogan Page.
Asmoko, Hindri. 2014. Memahami
Analisis Pohon Masalah. Magelang: Pusdiklat Pengembangan SDM.
Burhanuddin. 2003. Manajemen
Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Castetter. 2006. The Human Resource
Function in Education Administrasion. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Dessler, Gary. 1997. Human Resource
Management. New Jersey: Upper Saddle River.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. Modul Kepala Sekolah Pembelajar
Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Kawet., R. L. Montolalu., & Olivia
Nelwan. 2016. Pengaruh Kepribadian, Orientasi Kerja
Dan Penempatan Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwsata Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA 1323. Vol.4 No.1 Maret 2016, Hal. 1318-1329.
Mudassir, 2016. Pengembangan Sumber
Daya Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kabupaten Bireun. Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 16, No. 2, 255-272.
Ohno, Taichi. 2006. Ask 'why' Five Times   About Every Matter. Toyota Motor
Serrat, Olivier. 2009. The Five Whys
Technique. International Publications. Cornell
University ILR School. Dari: http://digitalcommons.ilr.cornell.edu/intl .
Seyfarth, John T. 1996. Human Resources
Management For Effective School. Virginia Commonwealth University: Allyn and Bacon.


 

No comments:

Post a Comment