Oleh: H. Dasrimin
Simon (1977) mengemukakan
bahwa ada empat tahapan dalam proses pembuatan keputusan, yakni intelligence, design, choice, review. Keempat
tahap ini menekankan bahwa dalam proses pembuatan suatu keputusan
selalu diawali dengan pengenalan. Tahap selanjutnya setelah pengenalan adalah identifikasi
dan perumusan masalah, kemudian pencarian solusi-solusi alternatif. Setelah
menemukan banyak alternatif solusi, kita harus memilih salah satu alternatif solusi
terbaik di antara alternatif solusi yang ditemukan. Dan tahap yang terakhir
adalah mengevaluasi kegiatan implementasi pemecahan masalah yang telah dipilih. (Rohayuningsih, 2015).
Berdasarkan
tahapan-tahapan di atas, maka rumuskan kebijakan untuk mengatasi kasus drop out
siswa SMP dapat dijelaskan sebagai berikut:
Inteligence
Angka putus sekolah (drop out) di negara kita masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil
Susenas tahun 2016, diperoleh data bahwa kurang dari 60 persen siswa SMP yang
melanjut ke SMA/SMK. Artinya hanya sekitar 5 dari 10 siswa kelas 9
SMP/sederajat yang melanjutkan ke SMA/SMK. Angka tersebut jauh di bawah target
Kemdikbud yakni sebesar 82 persen. Dari data ini menunjukkan bahwa peserta
didik SMP/sederajat ada yang putus sekolah atau tidak melanjutkan studi ke jenjang
SMA/sederajat (Wijaya, 2018). Menghadapi kenyataan ini, tentu membutuhkan
sebuah kebijakan tertentu agar masalah putus sekolah bisa diatasi.
Design
Sebelum merumuskan kebijakan, terlebih dahulu harus
diawali dengan indentifikasi masalah, yakni dengan cara mencari faktor-faktor penyebab
masalah putus sekolah (drop out).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya masalah putus sekolah. Ulfatin, dkk (2010)
dalam penelitian di Kabupaten Kediri menemukan bahwa ada beberapa faktor penyebab
terjadinya putus sekolah (drop out), antara
lain: (1) ekonomi masyarakat yang rendah sehingga anak terpaksa harus ikut
mencari nafkah (2) adanya budaya masyarakat, dimana seorang anak perempuan
tidak bisa melanjutkan sekolah (3) kurangnya sarana transportasi dan sarana
pendidikan serta keadaan geografis yang sulit dijangkau, dan (4) mahalnya biaya
pendidikan. Sementara itu, Yusuf (2017) mengemukakan bahwa putus sekolah
disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri atau pribadi anak itu sendiri,
sedangkan faktor eksternal berasal dari pengaruh lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan teman sebaya.
Jika kita ingin mendesign masalah ini, berarti sama
halnya dengan kita mencari solusi bagaimana kita menyelesaikan masalah putus
sekolah. Berdasarkan pada beberapa faktor penyebab terjadinya masalah putus
sekolah sesuai dengan pemaparan di atas, maka ada beberapa cara untuk mengatasi
masalah tersebut, yakni:
*)
Menumbuhkan kesadaran kepada orang tua dan masyarakat akan pentingnya
pendidikan baik itu laki-laki maupun perempuan.
*)
Pemerintah hendaknuya memperhatikan infrastruktur yang baik dan memadai untuk
mendukung kelancaran dalam proses pendidikan, termasuk menyediakan sarana dan
prasarana yang baik.
*)
Pemanfaatan dana BOS yang efektif sehingga tepat sasaran.
*)
Memberikan penyadaran kepada anak sejak usia dini akan pentingnya pendidikan.
Choice
Beberapa penelitian menujukkan bahwa faktor utama
terjadinya putus sekolah adalah faktor ekonomi, lingkungan dan pribadi. Maka
dari beberapa alternatif pemecahan masalah di atas, faktor ekonomi, lingkungan
dan pribadi patut mendapat perhatian yang lebih serius untuk mengatasi masalah
putus sekolah.
Review
Penelitian
lain menunjukkan bahwa selain orang tua, lingkungan dan pribadi siswa, yang
sangat berperan dalam mengatasi masalah putus sekolah adalah pihak pemerintah.
Pemerintah harus segera mencari sulusi yang tepat untuk mengatasi masalah putus
sekolah dengan melibatkan semua komponen termasuk di dalamnya adalah masyarakat.
(Wijaya, 2018).
Kesimpulan:
Untuk
mengatasi masalah putus sekolah (drop
out) siswa SMP, ada beberapa rumusan kebijakan yang hendaknya dilakukan
yakni:
a. Pemerintah:
* Pemerintah
hendaknuya memperhatikan infrastruktur yang baik dan memadai untuk
mendukung kelancaran dalam proses
pendidikan
* Menyediakan sarana dan prasarana yang baik dan
pendidikan yang murah.
* Pemerintah hendaknya
memantau pemanfaatan dana BOS yang efektif sehingga
tepat sasaran.
* Menyediakan tenaga
guru di tempat-tempat terpencil.
b.
Orangtua: menyadari akan pentingnya pendidikan. Hal ini harus didukung pula
dengan usaha untuk peningkatan ekonomi tanpa harus melibatkan anak dalam
mencari nafkah.
c.
Masyarakat: memberikan dukungan penuh akan pentingnya pendidikan.
d.
Siswa: menyadari akan pentingnya pendidikan dan tidak mudah terpengaruh oleh
lingkungan, dimana hal ini harus sudah ditanam sejak usia dini.
Secara keseluruhan dapat saya gambarkan dalam
diagram berikut:
No comments:
Post a Comment