Oleh: Henderikus Dasrimin
A. Perbedaan Paradigma dalam Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Paradigma adalah seperangkat asumsi, keyakinan, model melakukan penelitian yang baik, dan teknik untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang terintegrasi (Neuman, 2007). Secara garis besar, perbedaan dimaksud mencakup beberapa hal (Muslim, 2016)
Kuantitatif
1. Positivistik
2. Deduktif-Hipotetis
3. Partikularistik
4. Obyektif
5. Berorientasi kepada hasil
6. Menggunakan pandangan ilmu pengetahuan alam
Kualitatif
1. Fenomenologik
2. Induktif
3. Holistik
4. Subyektif
5. Berorientasi kepada proses
6. Menggunakan pandangan ilmu sosial/antropological
Lebih lanjut perbedaan paradigma kedua jenis penelitian ini dapat dielaborasi sebagai berikut (Neuman, 2007; Ridha, 2017):
Paradigma Kuantitatif
1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data, termasuk dalam penarikan sampel.
2. Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive) dan berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.
5. Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebih dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard fact).
8. Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan pada pembuatan generalisasi.
9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.
Paradigma Kualitatif
1. Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun dalam proses analisisnya.
2. Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam menangkap gejala (fenomenologis).
3. Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tidakketat).
4. Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan berusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.
5. Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
6. Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama. Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi kegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.
7. Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang tidak saja mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.
8. Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya.
9. Fokus penelitian bersifat holistik, meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi pada variabel tertentu).
B. Perbedaan Aksioma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Aksioma dalam penelitian kuantitaf dan kualitatif meliputi aksioma tentang realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi dan peranan nilai (Ponterotto, 2005).
1. Sifat Realitas
Dalam metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivism, realitas dipandang sebagai suatu yang kongkrit, dapat diamati dengan panca indera, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, dan perilaku, tidak berubah, dapat diukur dan diverifikasi. Dengan demikian dalam metode ini, peneliti dapat menentukan hanya beberapa variabel saja dari objek yang diteliti dan kemudian dapat membuat instrument untuk mengukurnya (Creswell, 2014).
Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau paradigma interpretive, suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam variabel. Penelitian ini memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistik) karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak (teramati), tetapi sampai di balik yang tampak tersebut.
2. Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti
Dalam penelitian kuantitatif, kebenaran itu di luar dirinya, sehingga hubungan antara peneliti dengan yang diteliti harus dijaga jaraknya sehingga bersifat independen. Metode ini menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data, maka peneliti kuantitatif hampir tidak mengenal siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data.
Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant observation (observasi berperan serta) dan in depth interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Para peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat dunia kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara apa adanya (wajar). Dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data.
3. Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti melihat hubungan variabel terhadapat obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut kemudian dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (reciprocal/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya.
4. Kemungkinan Generalisasi
Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi (bukan kedalaman) sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel yang terbatas. Selanjutnya data yang diteliti adalah sampel yang diambil dari populasi tersebut dengan teknik probability sampling (random). Berdasarkan data dari sampel tersebut, selanjutnya peneliti membuat generalisasi.
Penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna. Walaupun demikian, tidak berarti hasil penelitiannya tidak dapat diterapkan di tempat lain. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut transferability (keteralihan). Maksudnya adalah, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan ditempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian.
5. Peranan Nilai
Dalam penelitian kuantitatif, karena peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data, maka akan terbebas dari nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data. Karena ingin bebas nilai maka peneliti menjaga jarak dengan sumber data supaya data yang diperoleh obyektif.
Peneliti kualitatif dalam melakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti data dengan sumber data. Dalam interaksi ini baik peneliti maupun sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi yang berbeda-beda, sehingga dalam pengumpulan data, analisis dan pembuatan laporan akan terikat oleh nilai masing-masing.
Aksioma Dasar |
Penelitian Kuantitatif |
Penelitian Kualitatif |
Sifat realitas |
Dapat diklarifikasikan, konkret, teramati, terukur |
Gana, holistik, dinamis, hasil konstruksi dan pemahaman |
Hubungan peneliti dengan yang diteliti |
Independen, objektivitas |
Interpretatif, memperoleh makna |
Hubungan variabel |
Sebab-akibat (kausal) |
Timbal balik/interaktif |
Kemungkinan generalisasi |
Cenderung membuat generalisasi |
Transferability (hanya mungkin dalam ikatan konteks dan waktu) |
Peranan nilai |
Cenderung berbasis nilai |
Terikat nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data. |
Secara ringkas, perbandingan antara paradigma positivisme dan paradigma naturalistik, dengan mengacu pada pendapat Lincoln dan Guba, dapat dilihat pada tabel berikut:
AKSIOMA |
PARADIGMA POSITIVIS |
PARADIGMA NATURALIS |
Hakikat realitas |
Realitas adalah tunggal , dapat diukur, dan dapat dipecah-pecah |
Realitas adalah jamak, dibentuk dan holistik. |
Hubungan antara orang yang mengetahui dengan yang diketahui |
Orang yang mengetahui dengan yang diketahui saling berdiri sendiri, membentuk dualisme. |
Orang yang mengetahui dengan yang diketahui saling berinteraksi, tidak terpisahkan |
Kemungkinan generalisasi |
Generalisasi yang terbebas dari waktu dan konteks (pernyataan nomotetik) itu dimungkinkan. |
Hipotesis kerja yang terikat waktu dan konteks (pernyataan idiografik) itu dimungkinkan. |
Kemungkinan hubungan kausal
|
Terdapat sebab-sebab yang nyata, yang secara temporal mendahului atau bersamaan dengan akibatnya.
|
Semua entitas ada dalam suatu keadaan pembentukan yang simultan secara mutual, sehingga mustahil untuk memisahkan dari sebab akibat. |
Peran nilai |
Inkuiri bebas nilai |
Inkuiri terikat nilai |
DAFTAR RUJUKAN
Creswell, J. W. (2014). Research design : qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. In SAGE Publications (Vol. 7). Sage Publications, Inc. http://fe.unj.ac.id/wp-content/uploads/2019/08
Muslim. (2016). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, dan Jenis Penelitian dalam Ilmu Komunikasi. Wahana, 1, No.10(10), 77–85. https://journal.unpak.ac.id/index.php/wahana/article/view/654
Neuman, W. L. (2007). Basics of Socia Research: Qualitative and Quiantitative Approaches. In Boston: Allyn & Bacon (Secon Edit). https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/54642680/
Ponterotto, J. G. (2005). Qualitative research in counseling psychology: A primer on research paradigms and philosophy of science. Journal of Counseling Psychology, 52(2), 126–136. https://doi.org/10.1037/0022-0167.52.2.126
Ridha, N. (2017). Proses Penelitian, Masalah, Variabel, dan Paradigma Penelitian. Jurnal Hikmah, 14(1), 62–70. http://jurnalhikmah.staisumatera-medan.ac.id/index.php/hikmah/article/download/10/13
No comments:
Post a Comment