Transformasi Pendidikan: Menangkal Keterkejutan Masa Depan - Dasriminocarm

Dasriminocarm

BLOG INI BERISI TULISAN YANG BERKAITAN DENGAN TEMA PENDIDIKAN. TULISAN DISAJIKAN DALAM BENTUK ARTIKEL, MAKALAH, REVIEW, RESUME DAN SEJENISNYA

Breaking

SELAMAT DATANG DI DASRIMINOCARM CHANEL

Selamat Datang Di Dasriminocarm Chanel

5 Postingan Paling Populer Dibaca

Ketik kata kunci di sini

Wednesday, November 30, 2022

Transformasi Pendidikan: Menangkal Keterkejutan Masa Depan

Ilustrasi (Foto: infojateng.com)

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan pendidikan saling berinteraksi dalam spektrum yang sangat luas. Perkembangan teknologi tidak hanya membawa permintaan akan pendidikan untuk menyerapnya, tetapi juga memberikan metode-metode baru dalam pengajaran, khususnya melalui teknologi informasi. Munculnya perkembangan teknologi digital saat ini oleh Toffler (1981) akan menimbulkan keterkejutan masa depan (future shock) yang berpengaruh pada segala sektor kehidupan.


Menurut Toffler, keterkejutan masa depan ini disebabkan karena manusia kurang bisa beradaptasi dengan perubahan radikal yang terjadi. Semakin orang tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi perubahan, akan semakin besar pula tingkat keterkejutan masa depan. Oleh karena itu upaya-upaya transformasi pendidikan sangat penting untuk dilakukan dalam rangka menangkal keterkejutan masa depan ini. Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru (adaptasi digital), sangat diperlukan supaya manusia dapat mempertahankan hidupnya di era disruptif ini.


Dalam sistem teknologi masa depan, banyak pekerjaan manusia akan digantikan oleh mesin. Peran manusia adalah mengerjakan tugas-tugas intelektual dan kreatif. Upaya untuk menangkal keterkejutan masa depan tersebut adalah dengan melakukan transformasi pendidikan, antara lain berupa penajaman arah, perubahan struktur, perbaikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan berorientasi pada masa depan. Transformasi pendidikan tidak lain adalah dengan melakukan revitalisasi pendidikan.


Sonhadji (2012) menyampaikan beberapa saran revitalisasi pendidikan di Indonesia, antara lain:

  1. Pendidikan di Indonesia harus memiliki landasan filosofi yang kokoh, diarahkan pada pembentukan identitas dan integritas nasional, seperti wawasan kebangsaan yang kuat, rasa patriotik yang tangguh, pandangan multikultural yang luas, sikap sebagai warga negara yang baik, serta taat dalam hidup beragama.
  2. Kurikulum harus disusun berdasarkan kajian yang mendalam dan dipilih muatan yang benar-benar relevan dengan kebutuhan bangsa pada saat ini, terutama yang menunjang secara langsung perkembangan ekonomi, penguatan industri dan perdagangan, penguasaan teknologi-informatika, penyiapan tenaga kerja handal yang memiliki etos kerja yang tinggi, penciptaan lapangan kerja, pembentukan karakter yang baik, serta semangat nasionalisme yang kuat.
  3. Adanya upaya peningkatan profesionalisme manajemen pendidikan dan manajemen pembelajaran secara terus menerus, baik pada perencanaan, struktur Organisasi, pengembangan SDM, maupun evaluasinya.
  4. Berbagai inovasi dalam pembelajaran seperti Contekxtual Teaching and Learning (CTL), Guantum Teaching and Learning (ATL), Accellerated Learning (AL), moving class, dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dapat diadopsi sepanjang berdasarkan analisis kebutuhan yang matang, sesuai dengan karakteristik bidang studi dan peserta didik.
  5. Penjaminan mutu harus dilakukan secara terus menerus dan komprehensif untuk seluruh komponen sistem pendidikan yaitu input, proses, output, dan outcome.
  6. Pengalokasian anggaran pendidikan minimal dari APBN dan APBD (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 49 Ayat 1) harus direalisasikan secara efektif, konsisten, transparan, dan akuntabel.


Pendidikan kita saat ini harus mengarahkan para murid untuk belajar bagaimana belajar (learn how to learn). Hal ini tentu membutuhkan para pendidik yang memiliki kualitas SDM yang mumpuni. Seorang guru, tidak lagi hanya bertugas memberikan informasi, melainkan juga mengajar bagaimana mengklasifikasi, mereklasifikasi, mengevaluasi, memindah, mengolah, dan mengkomunikasikan kembali informasi tersebut. 


Seorang guru tidak hanya menjadi pengajar untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga berperan sebagai pendidik untuk membentuk karakter anak yang baik, terutama melalui teladan hidup. Selain itu, perlu dibangun kesadaran bersama bahwa sekolah tidak menjadi tempat penitipan anak dari orang tua. Artinya pendidikan anak tidak hanya diserahkan pada pihak sekolah, melainkan merupakan tanggung jawab bersama semua pihak.


Referensi: Sonhadji, Ahmad. 2012. Manusia, Teknologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang

No comments:

Post a Comment