Ilustrtasi (Foto: Alodokter) |
Pada zaman lampau, pendidikan seksualitas dianggap sebagai sesutu yang tabuh atau haram, zama ini justru merupakan suatu keharusan. Sejak dini anak-anak harus mendapatkan pendidikan seksualitas karena sangat berguna bagi hidupnya di masa mendatang. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa anak yang kemudian mengalami penyimpangan seksual atau menjadi korban pelecehan seksual, juga disebabkan karena kurang mendapatkan pendidikan seksual.
Pendidikan seksual pada anak, tidak bisa terlepas dari peran orangtua. Sejak anak masih kecil, memasuki usia remaja dan beranjak dewasa, mereka harus dibekali dengan pendidikan seksual yang cukup. Untuk itu orangtua perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai masa pertumbuhan psikoseksual anak, dan kebutuhan dasar yang dimiliki anak, sehingga pada nantinya juga bisa memberikan pendidikan seksual yang baik terhadap anak.
Tahap-Tahap
Perkembangan Psikoseksual
Usia 0-6 Tahun: Fase-fase yang dialami adalah
1. Fase
Oral, Pengalaman nikmat dimana mulut merupakan pintu masuk bagi makanan.
Dari pengalaman nikmat ini seorang anak
diajarkan tentang kegigihan dalam memeperjuangkan sesuatu, keuletan dan
ketekunan, termasuk juga sifat merusak. Contoh:
- Bayi
memperoleh kenikmatan pertama saat menghisap ASI dan dapat merupakan suatu konflik jikaharus berpisah dari ibunya (
disapih ) , bayi bisa cemas, frustrasi.
- Menggigit sebagai suatu
bentuk perilaku merusak, dimana merupakan upaya merasakan kenikmatan
selama tumbuhnya gigi.
- Memuntahkan
sesuatu merupakan tanda penolakan.
2. Fase
Anal, Anus memberikan kenikmatan lewat
pelepasan kotoran, seseorang akan merasa lega. Pada usia ini latihan kebersihan ( toilet training
) merupakan pengalaman penting bagi anak. Buang air besar, kebersihan, kontrol
dan tanggung jawab yang dilatih ikut
menentukan corak kepribadian dan perkembangan anak selanjutnya.
3. Fase
Genital, Anak menemukan bahwa menggosok-gosok dan memainkan organ-organ (alat
kelamin) menimbulkan kenikmatan sensual. Masa pertumbuan tatkala benak anak dipenuhi dengan pikiran tentang
organ-organ seks disebut tahap falik. Sebelum tahap falik ini muncul, munculah
suatu keadaan yang disebut dengan
kompleks Oedipus (untuk anak
laki-laki) dan kompleks Elektra (untuk
anak perempuan).
Ketiga fase oral, anal dan falik ini merupakan masa pra-genital, dimana naluri
seksual selama masa ini belum diarahkan untuk kegiatan reproduksi. Melewati
masa Latent naluri seksual mulai berkembang untuk tujuan biologis, yakni reproduksi.
Remaja mulai tertarik pada lawan jenisnya.
Usia 7- 12 Tahun: Fase Latent
(usia tersembunyi / tidak tampak)
Usia 13
Tahun Ke Atas: Fase
Genital II
Perkembangan seksual remaja, mencerminkan awal
fase seksual dewasa. Implikasi baru dari hubungan personal, dimana bergaul
dengan teman lawan jenis, kini memiliki arti yang berbeda. Tumbuhnya
perasaan-perasaan tertentu (cinta, rindu
cemburu, ingin memiliki, dsbnya.). Hal
ini adalah wajar dan normal. Pemenuhan kebutuhan dasar
akan kasih dan penghargaan dengan acara bersosialisasi/bergaul ada juga yang memenuhi dengan pacaran).
Bentuk-bentuk pergaulan yang mungkin dijalani dari dating (kencan) sampai dengan going steady commitment. Sebaiknya
bentuk pergaulan ini dijalani remaja secara bertahap (tidak akselerasi/terlalu
cepat).
Kebutuhan
Dasar Akan Kasih Sejati Antara Pria Dan Wanita
Kebutuhan dasar
akan kasih sejati antara pria dan wanita antara lain:
a. Saling
menghargai dan menerima
b. Saling
mendukung dan meneguhkan
c. Saling
membantu sebagai teman hidup
Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar ini, maka perlu dipahami juga dijalani tugas-tugas
perkembangan remaja, antara lain:
a. mandiri,
penuh tanggung jawab dan mampu mengatur dirinya sendiri.
b. mandiri
untuk penghidupan, cari nafkah sendiri baik pria maupun wanita, khususnya
wanita tidak tergantung pada pria serta
apabila terjadi situasi kondisi terpaksa mandiri.
c. mandiri
untuk perkawinan dan keluarga perlu persiapan pribadi (proses dan
dasar pertimbangan memilih
pasangan hidup).
Mekanisme libido/dorongan seksual
Gejolak perasan/dorongan dalam diri
seseorang perlu penyaluran dan pengendalian. Penyaluran dorongan seks yang tidak tepat akan berdampak
merugikan baik bagi diri sendiri
maupun orang lain. Oleh karena itu penyaluran dorongan ini, perlu dilakukan
tindakan tranformasi/ pengalihan energi
secara positif atau dengan kata lain dorongan seksual harus bisa
dikendalikan.
Orangtua perlu mengarahkan anak-anak supaya
dapat bersosialisasi seluas mungkin (dalam rangka mengenal pribadi manusia baik
sejenis maupun lawan jenis), menyalurkan hobby secara sehat akan mendukung
dalam pengembangan diri demi kehidupan yang akan datang lebih baik. Jika
penyaluran dan pengendalian diri tidak tercapai, maka seseorang akan diperbudak
oleh nafsu dan dorongan seks yang tidak sehat.
Gejolak perasaan yang tidak
terkontrol dapat mengakibatkan secara
sadar/ tidak sadar akan memperlakukan orang lain secara tidak benar. Dimana
gejolak dan dorongan tersebut dapat
berakibat menguasai orang lain (eksploitasi seks) yang bisa diartikan disini
bukan cinta yang sejati tetapi lebih mengarah pada pemenuhan cinta diri
(egois). Pada umunya tindakan eksploitasi seks apapun motivasinya, yang jadi
korban adalah kaum perempuan.
Beberapa
Arahan Orangtua untuk pendidikan seksual pada anak
Orangtua perlu mengarahkan anak-anak agar bisa
mengendalikan diri dan menunjukkan perilaku yang positif antara lain sebagai
berikut:
- Hormat
pada martabat sebagai pribadi pria maupun sebagai pribadi wanita.
- Berpikir
ke depan, bahwa seks bukan untuk main-main, seks merupakan anugerah Tuhan yang
ditujuknan untuk hal-hal positif (misalnya demi kelangsungan hidup manusia di
bumi, untuk saling melengkapi sebagai pribadi pria dan sebagai wanita dalam
memenuhi panggilan hidup berkeluarga).
- Mengarahakan
anak-anak supaya berani berprinsip dalam hidupnya NO HUS (No Hubungan Seks),
selama masih bersatatus sebagi remaja dan belum berkeluarga.
- Mengajak
mereka untuk berani berkata TIDAK, jika tergoda/diajak untuk melakukan seks pra
nikah, apapun alasan/ motivasinya
- Mengajak anak yang sudah mulai menginjak masa
remaja untuk melakukan aktivitas yang positif misalnya penyaluran hobby dan
ketrampilan, sosialisasi sebanyak mungkin untuk mengenal berbagai macam pribadi manusia baik laki-laki ataupun
perempuan. Pengalihan/transformasi energi
dan dorongan seks anda dengan sehat
menguntungkan dan dapat dipertanggungjawabkan.
No comments:
Post a Comment