Perkembangan dan
perubahan teknologi yang terjadi saat ini turut mempengaruhi kehidupan manusia
yang bergerak di dalamnya. Kita dituntut untuk memiliki keterampilan dan
disiplin ilmu baru yang harus dikuasai, seperti Internet of Things
(IoT), Artificial Intelligence (AI), New Material, Big Data, Robotics,
Augmented Reality, Cloud Computing, Additive Manufacturing, 3-D Printing,
Nanotechnology, Biotechnology, Genetic Editing, e-Learning dan
sejenisnya. Generasi yang hidup di zaman ini dituntut memiliki kemampuan SDM
untuk bisa melakukan berbagai terobosan inovasi, meningkatkan kemampuan untuk
dapat menggunakan informasi dari internet secara optimal, memperluas akses dan
meningkatkan proteksi yang dikenal dengan Cyber Security (Arifin
et al., 2018).
Disrupsi teknologi
digital ini juga mempengaruhi bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran.
Untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki
keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital,
literasi informasi, literasi media dan menguasai teknologi informasi dan
komunikasi. Baru saja paradigma baru pendidikan ini mulai dikembangkan, dunia
terserang pandemi covid-19. Adanya pandemi covid-19 seakan memaksa agar
transformasi digital dalam praktik pendidikan segera dilaksanakan. Praktik
pengajaran beralih secara darurat dari ruang kelas fisik ke dalam ruang virtual
(daring). Interaksi fisik-personal pun berubah dengan segera menjadi interaksi
berjarak yang abstrak.
Tantangan transformasi
pendidikan saat ini adalah teknologi digital, dan pandemi covid-19 menjadi
perantaranya. Teknologi digital mendesakkan pedagogi digital sebagai paradigma
baru pendidikan kita. Apa kira-kira kelebihan, kekurangan, tantangan dan
peluang dari pedagogi digital pendidikan? Berikut ini adalah hasil analisis
SWOT tentang konsep pedagogi digital:
Strength:
- Kontekstual atau sesuai dengan
perkembangan saat ini
- Wujud nyata pedagogi
transformatif
- Guru sebagai teman belajar
murid
- Beban substantif guru berkurang
- Guru belajar dari cara belajar
murid
- Murid mengolah keingintahuannya
sendiri
- Biaya "relatif" lebih
murah
- Murid leluasa mengakses
pengetahuan
- Pengembangan jaringan kerjasama
pembelajaran (lintas wilayah maupun lintas negara)
- Cakupan jumlah murid lebih luas
dan tidak dibatasi zona
Weaknesses:
- Hilangnya interaksi langsung
sehingga aspek sosial-humanis berkurang
- Kurangnya kemandirian guru
dalam eksplorasi
- Lemahnya afirmasi pembelajaran
dari guru
- Jaringan internet yang belum
menjangkau semua wilayah
Opportunity:
- Akses ilmu secara terbuka dan
bebas (demokratisasi pengetahuan)
- Inovasi pembelajaran (strategi,
interaksi, materi)
- Menyediakan ruang kreasi luas
bagi guru
Threat:
- Verifikasi dan afirmasi
pembelajaran bersifat longgar (dampak post-truth)
- Hilangnya keterikatan mental
guru dengan peserta didik
- Ekses keterbukaan informasi
- Hasil akhir pembelajaran tidak
terstandarkan
Daftar Rujukan:
Arifin, I., Juharyanto,
J., Bafadal, I., & Kartini, H. (2018). Learning Innovation in Strengthening
Higher Order Thinking Skill in the Laboratory Elementary School. International
Conference on Education Management and Administration, 269(CoEMA), 159--166.
https://doi.org/10.2991/coema-18.2018.39
Suwignyo, Agus. (2021).
Simposium Nasional dengan topik Refleksi Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19 dan
Strategi Peningkatan Mutu Menuju Habitus Baru oleh FKIP Universitas Kristen
Satya Wacana pada Rabu-Jumat (2- 4 Juni 2021)
No comments:
Post a Comment